4 WNI Asal Binjai Terjebak Scam Online, Ini Respon KBRI Phnom Penh
Empat warga negara Indonesia asal Binjai, Sumatera Utara, dilaporkan terjebak dalam sindikat scam online di Kamboja.
Mereka awalnya dijanjikan pekerjaan bergaji tinggi oleh agen tak bertanggung jawab, namun kenyataannya malah dipaksa bekerja dalam jaringan penipuan daring yang beroperasi lintas negara.
Kasus ini menjadi potret nyata bagaimana praktik perdagangan manusia bermodus lowongan kerja masih marak terjadi, terutama di negara-negara Asia Tenggara. Keempat korban kini berada dalam kondisi tertekan, dan keluarganya di Indonesia terus mencari keadilan dan kepastian hukum. Berikut dari VIEWNEWZ yang akan memberikan informasi lengkap secara rinci mengenai 4 WNI Asal Binjai Terjebak Scam Online, Ini Respon KBRI Phnom Penh.
Tertipu Janji Manis Oleh Gaji Besar
Empat warga negara Indonesia (WNI) asal Binjai, Sumatera Utara, menjadi korban sindikat scam online setelah dijanjikan pekerjaan bergaji tinggi di Kamboja. Keempatnya, yang mayoritas masih berusia muda, menerima tawaran kerja melalui media sosial dari seseorang yang mengaku sebagai agen tenaga kerja internasional. Mereka dijanjikan posisi sebagai staf administrasi dan customer service di perusahaan asing dengan iming-iming gaji yang menggiurkan, tiket pesawat gratis, serta akomodasi penuh.
Tanpa curiga, para korban berangkat ke Kamboja dengan harapan memperbaiki nasib dan membantu perekonomian keluarga. Namun kenyataan berkata lain. Setibanya di sana, dokumen mereka ditahan, komunikasi dengan keluarga dibatasi, dan mereka dipaksa bekerja di sebuah perusahaan scam online yang menargetkan korban dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa. Kondisi kerja yang buruk, tekanan psikologis, serta ancaman fisik menjadi makanan sehari-hari.
Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS! Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL
![]()
Sindikat Scam Online yang Terorganisir Rapi
Modus sindikat scam online seperti ini bukan hal baru, namun semakin berkembang dengan cara yang makin canggih dan terorganisir. Para korban biasanya direkrut dengan janji kerja legal, kemudian saat tiba di lokasi, mereka dipaksa bekerja sebagai operator penipuan daring. Dalam kasus WNI asal Binjai ini, mereka diperintahkan untuk membuat profil palsu, merayu target melalui media sosial, dan mengarahkan korban untuk mentransfer sejumlah uang ke rekening sindikat.
Sindikat ini tidak hanya bergerak di satu negara. Mereka memiliki jaringan di berbagai wilayah Asia Tenggara, termasuk Myanmar, Laos, dan Kamboja. Mereka menggunakan perusahaan fiktif sebagai kedok dan bahkan memanipulasi aparat lokal agar tidak ikut campur. Banyak korban, termasuk dari negara lain, yang mengaku mengalami penyiksaan, kekerasan, dan eksploitasi kerja tanpa upah yang layak.
Keluarga Panik, Pemerintah Turun Tangan
Keluarga para korban mulai curiga ketika komunikasi dengan anak-anak mereka tiba-tiba terputus selama beberapa hari. Setelah beberapa kali gagal menghubungi, salah satu keluarga melaporkan kasus ini ke Kementerian Luar Negeri dan Lembaga Perlindungan WNI. Tak lama kemudian, kasus ini diteruskan ke KBRI di Phnom Penh, Kamboja.
Respons cepat diberikan oleh pihak KBRI. Mereka langsung berkoordinasi dengan otoritas keamanan Kamboja dan melacak keberadaan para korban. Upaya diplomasi dan negosiasi intens dilakukan untuk membebaskan keempat WNI tersebut dari cengkeraman sindikat. Meski menghadapi tantangan dari pihak-pihak yang mencoba menghalangi, KBRI menyatakan bahwa keselamatan para WNI menjadi prioritas utama mereka.
Baca Juga:
Proses Evakuasi yang Tidak Mudah
Evakuasi WNI yang terjebak dalam sindikat kriminal bukanlah perkara sederhana. Selain harus menghadapi ancaman kekerasan dari pelaku, tim KBRI juga harus mengikuti prosedur hukum di negara setempat. Dalam kasus ini, para korban dijaga ketat dan hanya bisa berkomunikasi dengan dunia luar saat ada pengawasan dari pelaku. Hal ini menyulitkan proses pelacakan dan evakuasi.
Namun berkat kerja sama dengan organisasi non-pemerintah dan aparat lokal yang bersedia membantu, KBRI akhirnya berhasil mengamankan keempat korban. Mereka kini berada di shelter milik KBRI untuk menjalani proses pemulihan fisik dan psikologis sebelum dipulangkan ke Indonesia. Pemerintah Indonesia memastikan bahwa semua kebutuhan dasar mereka ditanggung sepenuhnya selama masa pemulangan.
Modus Lowongan Kerja, Masyarakat Diminta Waspada
Kasus ini kembali menjadi pengingat bahwa sindikat perdagangan manusia terus mengintai warga Indonesia, terutama yang sedang mencari pekerjaan di luar negeri. Modusnya seringkali berkedok lowongan kerja yang tampak sah, lengkap dengan dokumen dan wawancara fiktif. Banyak korban tergoda karena desakan ekonomi dan minimnya informasi tentang prosedur kerja legal di luar negeri.
Pihak KBRI Phnom Penh meminta masyarakat untuk selalu melakukan verifikasi sebelum menerima tawaran kerja di luar negeri. Mereka menekankan pentingnya hanya menggunakan jasa penyalur resmi yang terdaftar di Kementerian Ketenagakerjaan dan BP2MI (Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia). Informasi yang benar dapat menyelamatkan seseorang dari jeratan jaringan kriminal internasional.
Peran Penting Media dan Komunitas Diaspora
Penyebaran informasi mengenai kasus semacam ini sangat bergantung pada media dan komunitas diaspora Indonesia di luar negeri. Dalam kasus WNI asal Binjai, informasi awal justru berasal dari komunitas WNI di Phnom Penh yang merasa ada kejanggalan pada tempat kerja tertentu yang sering memperkerjakan WNI dalam kondisi mencurigakan.
KBRI mengapresiasi peran aktif komunitas diaspora yang memberikan informasi intelijen penting terkait lokasi sindikat. Kolaborasi antara masyarakat, media, dan pemerintah sangat krusial dalam memberantas sindikat semacam ini. Semakin terbuka arus informasi, semakin kecil peluang para pelaku kejahatan memanipulasi dan menindas korban.
Kesimpulan
Lonjakan kasus WNI bermasalah di Kamboja menunjukkan bahwa persoalan ini tidak bisa dianggap sebagai insiden biasa. Dibutuhkan pendekatan sistematis dari pemerintah untuk memberantas sindikat rekrutmen ilegal dan memperkuat pengawasan terhadap pergerakan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Penegakan hukum terhadap agen perekrut di Indonesia juga harus diperketat.
Kementerian Luar Negeri, BP2MI, dan instansi terkait diharapkan bekerja sama dalam menyusun sistem perlindungan yang lebih solid. Edukasi masyarakat, terutama di daerah dengan angka migrasi tinggi seperti Sumatera Utara, harus ditingkatkan. Tanpa langkah nyata dan berkelanjutan, kasus seperti empat WNI asal Binjai ini hanya akan menjadi satu dari sekian banyak tragedi yang terus berulang. Ikuti terus informasi berita terbaru dari kami yang terus update setiap harinya di VIEWNEWZ.
Informasi gambar yang kami dapatkan:
- Gambar Pertama dari NOA.co.id
- Gambar Kedua dari Disway