Helikopter China Intai Filipina Bak Main Petak Umpet di LCS, AS Murka

Amerika Serikat mengecam manuver berbahaya Tiongkok di Laut Cina Selatan, di mana sebuah helikopter militer Tiongkok terlihat membuntuti sebuah pesawat patroli Filipina.

Helikopter China Intai Filipina Bak Main Petak Umpet di LCS, AS Murka

Insiden tersebut, yang terjadi di dekat Scarborough Shoal yang diperebutkan, semakin meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut dan menuai kecaman keras dari Washington.

Intrik di Langit Sengketa

Pada tanggal 18 Februari 2025, sebuah pesawat Angkatan Laut Filipina melakukan misi patroli rutin di perairan internasional Laut Cina Selatan. Tujuan patroli tersebut adalah untuk memantau aktivitas kapal Tiongkok di sekitar Scarborough Shoal, wilayah kontroversial yang diklaim oleh Filipina dan Tiongkok. Namun, misi tersebut berubah secara tidak terduga ketika sebuah helikopter militer Tiongkok mulai membayangi pesawat Filipina.

Helikopter Tiongkok, yang diidentifikasi sebagai milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN), terlibat dalam apa yang digambarkan oleh Penjaga Pantai Filipina sebagai “manuver berbahaya”. Menurut laporan, helikopter tersebut mendekati pesawat Filipina sedekat tiga meter (kira-kira 10 kaki), sehingga menimbulkan kekhawatiran serius mengenai keselamatan awak dan penumpang di dalamnya.

Insiden tersebut disaksikan oleh jurnalis dan awak media asing yang mendampingi patroli Filipina. Seorang fotografer AFP di pesawat menggambarkan helikopter China intai Filipina sebelum mendekati sayap kirinya. Fotografer mencatat bahwa helikopter itu terbang sangat dekat sehingga personel di dalamnya terlihat sedang merekam pesawat Filipina.

Reaksi Filipina

Filipina merespons dengan cepat insiden tersebut, mengutuk tindakan Tiongkok dan mengumumkan rencana untuk mengirim nota diplomatik ke Beijing. Penjaga Pantai Filipina mengecam manuver helikopter China intai Filipina sebagai tindakan yang sembrono dan menimbulkan risiko serius terhadap keselamatan pesawat Filipina dan penumpangnya. Media Filipina menyebut insiden tersebut sebagai permainan petak umpet di langit yang berbahaya, dan menggarisbawahi meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan.

Respons Amerika Serikat

Amerika Serikat, sekutu lama Filipina, menyuarakan kecaman keras atas tindakan helikopter China intai Filipina tersebut. MaryKay Carlson, Duta Besar AS untuk Filipina, mengecam manuver “berbahaya” tersebut dan meminta Tiongkok untuk menahan diri dari tindakan koersif dan menyelesaikan perselisihan secara damai sesuai dengan hukum internasional. AS secara konsisten mempertahankan komitmennya untuk mendukung Filipina dalam menghadapi agresi Tiongkok di Laut Cina Selatan.

Ayo Support Timnas - mau nonton gratis timnas bola bebas iklan? Segera download!

apk shotsgoal  

Tuduhan Pelanggaran Wilayah Udara

Namun Tiongkok membantah melakukan kesalahan dan menuduh pesawat Filipina memasuki wilayah udara Tiongkok secara ilegal. Pernyataan dari Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat menegaskan bahwa helikopter Tiongkok telah “mengusir” pesawat Filipina dari “wilayah udara teritorial Tiongkok” dan menuduh Manila menyebarkan narasi palsu. Klaim kedaulatan Tiongkok atas Laut Cina Selatan, termasuk Scarborough Shoal, telah menjadi sumber konflik yang berkelanjutan dengan negara-negara tetangga.

Scarborough Shoal Titik Konflik yang Membara

Scarborough Shoal, juga dikenal sebagai Panatag Shoal atau Bajo de Masinloc, telah menjadi titik fokus perselisihan antara Filipina dan Tiongkok. Beting tersebut, kumpulan terumbu karang dan bebatuan, terletak di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina, sekitar 240 kilometer (150 mil) sebelah barat Luzon.

Tiongkok merebut kendali Scarborough Shoal dari Filipina pada tahun 2012, menyusul ketegangan yang terjadi antara kekuatan maritim kedua negara. Sejak itu, Tiongkok terus mempertahankan kehadirannya di wilayah tersebut, membatasi akses bagi nelayan Filipina dan menegaskan klaim kedaulatannya.

Baca Juga:

Meningkatnya Ketegangan di Laut China Selatan

Meningkatnya Ketegangan di Laut China Selatan

Insiden helikopter tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian ketegangan yang meningkat antara Tiongkok dan Filipina di Laut Cina Selatan. Meningkatnya ketegasan Tiongkok di kawasan ini telah menimbulkan kekhawatiran di antara negara-negara tetangganya dan komunitas internasional.

Tiongkok mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan sebagai miliknya, meskipun ada klaim yang tumpang tindih dari Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan. Tindakan Tiongkok di Laut Cina Selatan telah banyak dikritik karena merusak stabilitas regional dan melanggar hukum internasional.

Pada tahun 2016, pengadilan internasional di Den Haag memutuskan menentang klaim ekspansif Tiongkok, namun Beijing menolak keputusan tersebut. Amerika Serikat secara konsisten meminta Tiongkok untuk menghormati hukum internasional dan menyelesaikan perselisihan dengan negara tetangganya secara damai.

Implikasi Regional dan Global

Ketegangan yang sedang berlangsung di Laut Cina Selatan mempunyai implikasi regional dan global yang signifikan. Laut Cina Selatan adalah jalur perairan yang penting bagi perdagangan internasional. Dengan perkiraan perdagangan senilai $3 triliun melewati jalur laut tersebut setiap tahunnya. Gangguan apa pun terhadap navigasi di wilayah tersebut dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi perekonomian global.

Amerika Serikat mempunyai kepentingan yang kuat dalam menjaga stabilitas dan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan. AS telah melakukan operasi kebebasan navigasi (FONOPs) secara rutin di wilayah tersebut untuk menantang klaim maritim Tiongkok yang berlebihan dan menunjukkan komitmennya untuk menegakkan hukum internasional.

A.S juga mempertahankan kehadiran militer yang kuat di kawasan Indo-Pasifik dan telah memperkuat aliansinya dengan negara-negara seperti Filipina, Australia, dan Jepang.

Harapan untuk Resolusi Damai

Meski ketegangan meningkat, masih ada harapan penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan secara damai. Filipina dan Tiongkok telah terlibat dalam konsultasi bilateral untuk mengatasi perbedaan mereka dan mencari titik temu. Namun, kemajuannya lambat dan tantangan besar masih ada. ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) juga berperan dalam mendorong dialog dan kerja sama di Laut Cina Selatan.

ASEAN dan Tiongkok telah menyusun Kode Etik (COC) untuk Laut Cina Selatan. Yang bertujuan untuk menetapkan aturan dan norma untuk mengelola perselisihan dan mencegah eskalasi. Namun negosiasi mengenai COC berlarut-larut dan tidak jelas kapan kesepakatan akan tercapai.

Insiden yang melibatkan helikopter Chinaintai Filipina menjadi pengingat akan risiko salah perhitungan dan konflik di Laut Cina Selatan. Hal ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak bagi semua pihak untuk menahan diri, mematuhi hukum internasional. Dan mengupayakan cara damai untuk menyelesaikan perselisihan mereka.

Kesimpulan

​Ketegangan di Laut China Selatan meningkat setelah insiden helikopter Tiongkok yang melakukan manuver berbahaya di dekat pesawat patroli Filipina, memicu kecaman dari AS dan Filipina.​ Insiden ini, yang terjadi di dekat Scarborough Shoal yang disengketakan. Menyoroti klaim maritim yang tumpang tindih dan perlunya resolusi damai.

Dengan harapan berlanjutnya dialog antara Filipina dan Tiongkok serta peran ASEAN dalam mempromosikan stabilitas regional meskipun ada tantangan yang signifikan. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang semua informasi viral terupdate lainnya hanya di VIEWNEWZ.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *