Beda dari yang Lain, Indonesia Malah Tingkatkan Impor dari AS Karena Takut Ancaman Tarif Tinggi
Pemerintah Indonesia baru-baru ini buat kejutan besar dengan malah tingkatkan impor energi dan produk dari AS untuk hindari ancaman tarif tinggi.
Kebijakan tarif yang berlaku global ini diterapkan secara resiprokal dan bertujuan menekan defisit perdagangan besar Amerika Serikat.
Meski pada umumnya negara lain berusaha mengurangi ketergantungan impor dari AS. Indonesia memilih pendekatan berbeda dengan menambah pembelian barang-barang strategis dari Amerika. Langkah tersebut untuk menjaga stabilitas neraca perdagangan dan menghindari kenaikan tarif tinggi yang dapat merugikan ekspor Indonesia.
Kebijakan Tarif AS yang Mengguncang Perdagangan Dunia
Pada awal April 2025, Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru yang memberlakukan tarif minimum 10 persen untuk barang impor dari berbagai negara. Dengan tarif tambahan khusus hingga 32% terhadap negara-negara tertentu, termasuk Indonesia.
Tarif ini ditujukan untuk mendorong manufaktur kembali ke Amerika dan mengurangi defisit perdagangan AS dengan mitra dagangnya. Berbagai negara, dari Tiongkok, Uni Eropa, hingga beberapa negara Asia Tenggara, terkena dampak signifikan dari kebijakan ini.
Tarif timbal balik ini jelas berdampak pada daya saing ekspor Indonesia ke pasar AS. Terutama sektor elektronik, tekstil, alas kaki, dan produk pertanian yang selama ini signifikan dalam perdagangan bilateral.
Kenaikan biaya ekspor akibat tarif tinggi berisiko menurunkan volume penjualan produk Indonesia di Amerika yang menjadi salah satu pasar ekspor utama.
Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS! Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL
![]()
Baca Juga:
Strategi Indonesia di Tengah Kenaikan Tarif Tinggi
Berbeda dengan pendekatan negara lain yang mungkin menahan atau mengurangi impor dari Amerika Serikat. Pemerintah Indonesia secara pragmatis menawarkan peningkatan impor produk-produk dari AS sebagai bagian dari strategi negosiasi tarif.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa Indonesia akan meningkatkan impor energi dari Amerika senilai USD 10 miliar atau sekitar Rp 168 triliun, termasuk LPG, minyak mentah, dan bahan bakar minyak.
Penambahan impor ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dan dialokasikan agar bisa menekan kemungkinan penerapan tarif impor tinggi dari Amerika Serikat terhadap produk Indonesia.
Selain energi, pemerintah juga berencana meningkatkan pembelian produk agrikultur. Produk tersebut mencakup seperti gandum, kedelai, dan susu kedelai, serta barang-barang modal dari Amerika Serikat. Upaya ini didukung dengan kemudahan perizinan dan insentif diberikan untuk perusahaan AS yang beroperasi di Indonesia sebagai bagian dari fasilitas pendukung kerja sama bilateral.
Manfaat dan Risiko Kebijakan Meningkatkan Impor
Langkah Indonesia untuk memperbesar impor dari AS merupakan sebuah langkah strategis yang bertujuan merespons kebijakan tarif AS dengan cara mendapatkan penurunan tarif impor balik dan menjaga akses pasar ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.
Dengan meningkatkan impor energi dan produk agrikultur dari AS. Indonesia berharap bisa menyeimbangkan defisit perdagangan agar beban tarif yang dikenakan tidak semakin berat bagi sektor ekspor domestik.
Namun, kebijakan ini juga memiliki risiko tersendiri. Meningkatkan impor bisa memperbesar ketergantungan Indonesia terhadap produk asing, terutama dari Amerika Serikat. Sehingga perlu diiringi dengan perbaikan daya saing produk dalam negeri. Hal ini juga sekaligus diversifikasi pasar dan produk ekspor untuk mengurangi risiko eksesif ketergantungan pada satu negara mitra.
Langkah ini juga harus didukung dengan regulasi yang mendukung kemudahan investasi dan perizinan agar tidak menimbulkan hambatan baru di sektor perdagangan.
Negosiasi Tarif dan Komitmen Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia menyatakan telah melakukan komunikasi intensif dengan pemerintah AS dalam menghadapi kebijakan tarif tersebut. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa telah terjadi kesepakatan untuk menyelesaikan negosiasi tarif resiprokal dalam waktu 60 hari.
Dalam negosiasi tersebut, Indonesia menawarkan skema kerja sama perdagangan yang meliputi pembelian komoditas energi, agrikultur, dan kemudahan prosedur impor produk Amerika. Serta insentif dan perizinan bagi perusahaan AS yang berinvestasi di Indonesia.
Menurut Airlangga, selain menambah volume impor, Indonesia juga mendorong kerja sama bilateral di sektor yang lain. Sektor tersebut mencakup pendidikan, teknologi, dan jasa keuangan yang bermanfaat bagi kedua negara. Pemerintah juga mendorong investasi dilakukan secara business to business untuk menciptakan iklim kerja sama yang konstruktif.
Sekian berita viral Indonesia tentang, Indonesia malah tingkatkan impor dari AS karena takut ancaman tarif tinggi. Kalian juga bisa mencari informasi berita terupdate lainnya seputar, kejadian, kasus, viral dan lainnya pastinya hanya ada di VIEWNEWZ.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari kompas.com
- Gambar Kedua dari tirto.id