Hasto Kaitkan Kasusnya Dengan Kisah Bung Karno Dipenjara Lewat Buku Cindy Adams!
Setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, mencuri perhatian publik dengan mengaitkan pengalamannya dengan perjuangan Bung Karno.
Dalam pernyataannya, Hasto menyamakan situasinya dengan Bung Karno yang pernah di penjara, dan menyiratkan bahwa perjuangannya sebagai kader PDIP kini tengah memasuki fase krusial. Pernyataan ini muncul di tengah krisis yang di alaminya akibat tuduhan korupsi dan suap yang mengaitkan nama Harun Masiku, yang juga buron.
Inspirasi dari Buku Cindy Adams
Hasto mengacu pada Bab 9 dari buku “Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” karya Cindy Adams, yang berjudul ‘Masuk Tahanan’. Dalam bab tersebut, Bung Karno berbicara tentang ancaman penjara yang selalu membayangi dirinya selama perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Meskipun merasa terancam, Bung Karno tidak gentar, mengungkapkan keyakinannya bahwa perjuangan dan kemenangan adalah hal yang tak terelakkan. “Setiap agitator dalam setiap revolusi tentu mengalami masuk penjara,” ungkapnya, menegaskan bahwa ia siap menghadapi risiko tersebut.
Dalam percakapan dengan Gatot Mangkupradja, Bung Karno menegaskan, “Tidak, aku tidak takut.” Ini menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi tantangan dan ancaman yang ada. Dia juga mengatakan, “Kami harus siap secara mental,” mengindikasikan bahwa pengorbanan dalam perjuangan adalah bagian dari tujuan yang lebih besar.
Penangkapan Bung Karno
Bung Karno di tangkap pada tahun 1929 karena mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Di dalam buku tersebut, di ceritakan bagaimana Bung Karno dan rekan-rekannya dijebloskan ke Penjara Banceuy setelah serangkaian penangkapan terhadap aktivis. Ia mendapat vonis empat tahun penjara oleh Landraad Bandung. Penjara Banceuy terbilang penjara tingkat rendah, dengan sel yang dibagi antara tahanan politik dan sipil.
Bung Karno menjelaskan bahwa penangkapannya tidak mendadak ia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi penahanan tersebut. “Hati-hatilah. Pemerintah Belanda lebih mengetahui tentang kegiatanmu daripada yang kau ketahui sendiri,” pernah ditulis rekan Bung Karno yang berada di Belanda. Saat itu, pemerintah Belanda melakukan penangkapan massal di seluruh Jawa, termasuk 40 tokoh PNI lainnya. Meskipun dalih penangkapan adalah mencegah rencana pemberontakan, sebenarnya penangkapan ini berfokus pada Bung Karno.
Pengasingan di Sukamiskin
Setelah di tangkap di Banceuy, Bung Karno di pindahkan ke penjara Sukamiskin. Di sana, ia menghabiskan waktu delapan bulan yang padat dengan pemikiran dan perjuangan. Mungkin banyak yang tidak tahu, selama di penjara, Bung Karno menulis pledoi yang sangat terkenal berjudul “Indonesia Menggugat”.
Walaupun aksesnya terbatas, ia masih bisa menerima makanan dari luar, tetapi tentu saja harus melalui pemeriksaan ketat dari petugas. Dalam situasi seperti itu, Bung Karno tetap menunjukkan semangat juang yang tinggi. ”Aku sudah tahu akibatnya pada waktu memulai pekerjaan ini,” tegas Bung Karno, menunjukkan betapa seriusnya ia menghadapi risiko yang di tanggung atas perjuangannya.
Pada tanggal 31 Desember 1931, ia akhirnya di bebaskan, tetapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya. Justru setelah itu, Bung Karno mengalami beberapa kali pengasingan, dan masa-masa sulit tersebut malah semakin memperkuat tekadnya untuk melawan penjajahan Belanda.
Baca Juga: Jeju Air Bawa 181 Orang Kecelakaan di Korea Selatan, Dikabarkan 28 Tewas
Penggunaan Cerita Bung Karno oleh Hasto
Dalam konteks yang lebih luas, Hasto Kristiyanto mengambil inspirasi dari perjuangan Bung Karno dan menyatakan bahwa sebagai murid Bung Karno, ia ingin terus melanjutkan cita-cita yang telah di perjuangkan oleh presiden pertama Indonesia tersebut. Dalam pernyataannya, Hasto berujar, “Maka sebagai murid Bung Karno, saya mengikuti apa yang tertulis di dalam buku Cindy Adams ini.” Dia menekankan bahwa penjara adalah bagian dari pengorbanan demi mencapai tujuan besar bangsa.
Hasto juga menegaskan komitmennya terhadap hukum dengan mengatakan, “Saya adalah warga negara yang taat hukum.” Ini mencerminkan niatnya untuk menghormati semua proses hukum yang sedang di jalaninya sekarang. Walaupun terjebak dalam berbagai tuduhan, Hasto ingin agar semangat perjuangan Bung Karno tetap hidup dan mendampingi langkah PDIP dalam berjuang. Ini menunjukkan kepada publik bahwa meskipun dalam situasi sulit, dia tetap berpegang pada nilai-nilai perjuangan yang di ajarkan oleh Bung Karno.
Tuduhan Terhadap Hasto Kristiyanto
Tuduhan terhadap Hasto Kristiyanto mencuat setelah ia di tetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Hasto di tuduh terlibat dalam kasus suap terkait pergantian antar waktu Harun Masiku di DPR dan juga dalam upaya menghalangi penyidikan KPK. Meski Hasto mengatakan bahwa dirinya adalah warga negara yang taat hukum, keterlibatannya dalam memindahkan posisi Harun Masiku di dapil pemilihan serta pertemuannya dengan anggota KPU untuk membahas skema suap menjadi sorotan publik.
Ketua KPK, Setyo Budiyanto, menegaskan bahwa Hasto memiliki peran aktif dalam rencana suap ini, meskipun Hasto mengklaim proses hukumnya transparan dan menghormati keputusan KPK. Guntur Romli, juru bicara PDIP, memberikan pembelaan terhadap Hasto dan menyatakan bahwa penetapan tersangka terhadapnya merupakan bentuk kriminalisasi. Menurut Romli, Hasto tidak menyamakan dirinya dengan Bung Karno, tetapi lebih kepada mengambil inspirasi dari perjuangan Presiden pertama Indonesia tersebut.
Ia juga menegaskan bahwa tidak ada bukti kuat yang menunjukkan keterlibatan langsung Hasto dalam kasus ini. Dengan mengaitkan situasinya dengan Bung Karno, Hasto berusaha menunjukkan semangat juang dan keteguhannya dalam menghadapi semua tantangan, meskipun saat ini ia berada di tengah masalah hukum yang serius.
Penjelasan PDIP Hasto Bawa-Bawa Bung Karno
PDIP dan juru bicaranya, Guntur Romli, memberikan pembelaan terhadap Hasto dengan mengklaim bahwa ia tidak menyamakan diri dengan Bung Karno, tetapi lebih kepada meneladani perjuangan Bung Karno. “Dengan mengutip Bung Karno, Saudara Sekjen ingin mengajak kita untuk membaca kembali buku-buku Bung Karno,” ujar Romli kepada wartawan. Menurutnya, tidak ada alasan untuk takut atau takluk, mengingat Bung Karno juga mengalami banyak tantangan.
Romli juga menegaskan bahwa penetapan tersangka terhadap Hasto adalah bentuk kriminalisasi dan menuduh bahwa tidak ada bukti konkret yang menunjukkan keterlibatan langsung Hasto dalam kasus yang di tuduhkan. Dia menekankan bahwa Hasto adalah warga negara yang taat hukum dan berjuang demi prinsip-prinsip yang diusung oleh Bung Karno.
Kesimpulan
Hasto Kristiyanto mengaitkan pengalaman pribadinya dengan perjuangan Bung Karno untuk menunjukkan bahwa ia tetap gigih dan tidak takut menghadapi proses hukum. Dalam konteks ini, Hasto menyerukan kepada kader PDIP untuk mengambil pelajaran dari sejarah keberanian Bung Karno. “Spirit dari ucapan Bung Karno itu menegaskan perjuangan tidak mengenal titik akhir,” ungkap Guntur Romli.
Pernyataan yang di sampaikan Hasto dan reaksi dari PDIP ini menciptakan dialog baru mengenai hubungan antara sejarah perjuangan kemerdekaan dan tantangan politik yang di hadapi saat ini. Lewat mengingat kembali perjalanan Bung Karno. PDIP berusaha untuk menunjukkan komitmen dalam berjuang demi keadilan dan prinsip yang mereka pegang, meskipun harus menghadapi rintangan yang sulit.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang informasi viral terupdate lainnya hanya di VIEWNEWZ.