Jabatan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu Sedang Terancam
Benjamin Netanyahu – Serangan yang paling mematikan dari Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023 tidak hanya berbuntut perang yang sudah berlangsung lebih dari 100 hari. Namun juga membuat posisi sang Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu ada di ujung tanduk. Masyarakat Israel sampai kini masih belum pulih dari terbunuhnya kurang lebih 1.200 orang. Di mana sebagian besar dari mereka yaitu warga sipil serta penculikan 240 orang lainnya, termasuk orang tua dan anak-anak. Serangan tersebut memicu kampanye militer Israel yang mana menewaskan bahwa hampir 24.000 warga Palestina.
Terkejut dengan adanya kegagalan keamanan secara besar-besaran dan banyak yang menginginkan Netanyahu untuk mundur. Sebuah jajak pendapat yang mana di terbitkan oleh Institut Demokrasi Israel non-partisan pada tanggal 2 Januari 2024 menunjukkan bahwa. Hanya terdapat 15% warga Israel yang menginginkan Netanyahu untuk tetap menjabat usai perang melawan Hamas selesai. Sejalan dengan survei yang ada sebelumnya dan menunjukkan bahwa popularitasnya sangat turun tajam.
Tetapi pemimpin yang di perangi itu, selama bertahun-tahun memiliki citra sebagai Mr. Security, tidak menunjukkan adanya tanda-tanda ingin meninggalkan negaranya. “Dia adaldah pemberontak. Terlihat dia mengambil keputusan strategis agar bertahan hidup secara politik bahkan kini. Saya pikir itu merupakan tujuan yang aneh serta cepat atau lambat saya yakin bahwa rekan-rekannya akan katakan padanya bahwa waktunya telah selesai,” kata analis politik Amotz Asa-El, pada VIEWNEWZ di hari Selasa (16/1/2024).
Perubahan politik sepertinya tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat, sedangkan pertempuran di Gaza masih terus berlangsung. Kemudian, Netanyahu sudah berjanji untuk melanjutkan perang hingga mendapatkan kemenangan penuh atas Hamas serta kepala keamanan juga memperingatkan bahwa pertempuran akan berlangsung sampai tahun 2024. Tetapi ada tanda-tanda dalam pemerintahan Netanyahu bahwa terdapat sejumlah orang yang berebut posisi.
Laporan perselisihan yang terjadi dalam kabinet keamanan sudah bocor ke pers Israel dan menteri kepolisian sayap kanan yaitu Itamar Ben-Gvir. Yang mana sebagian besar tidak terlibat dalam keputusan perang, sudah mengecam Benny Gantz yaitu mantan kepala pertahanan tengah Israel. Di mana sudah bergabung dalam pemerintahan darurat Netanyahu serta kabinet perang.
Baca Juga : Begini Kata Pengamat Politik Tentang Hengkangnya Maruarar
Demonstrasi Israel
Demonstrasi secara besar-besaran antipemerintah sejatinya sudah melanda Israel selama hampir satu tahun. Sampai serangan tersebut akhirnya kembali muncul dalam beberapa minggu terakhir. Menyerukan bahwa di adakannya pemilihan umum. Tetapi jumlah itu masih tergolong kecil jika di bandingkan dengan demonstrasi massal pada 2023. “Sudah tiba waktunya untuk pulang. Begitu kata manajer pemasaran dalam hal ini Noa Weinpress di Tel Aviv. “Semestinya itu sudah terjadi di tanggal 8 Oktober. Jika tidak maka waktu pastinya yaitu sekarang usai 100 hari.”
Bahkan terdapat beberapa penggemar berat Netanyahu terlihat pasrah dengan kepergian pemimpin yang mana masih mereka kagumi itu. “Saya berpikir dia akan memenangkan perang lalu mundur, dengan sangat bermartabat,” kata Yossi Zroya sebagai anggota Partai Likud Netanyahu serta pemilik stand Shawarma di Ramla. Di sinilah Netanyahu di sambut dengan cara sorak-sorai “Raja Bibi” 15 bulan yang lalu di sebuah acara kampanye pemilu yang mana dia berjanji untuk mengembalikan keamanan yang ada di jalanan.
Sentimen seperti itu juga di amini oleh para pendukung lain yang berjalan-jalan di pasar Ramla. “Netanyahu merupakan seorang jenius. Dia tidak dapat di salahkan atas apa yang sudah terjadi,” kata Rafi Kimchi, yang adalah seorang pedagang berlian yang berkunjung dari dekat Herzliya. “Namun menurutku dia telah selesai. Sudah berakhir.”
Banyak Yang Ingin Gantinkan Netanyahu
Mengincar para pemilih Partai Likud yang merasa kecewa, Ben-Gvir mungkin saja ingin memisahkan diri serta meninggalkan pemerintahan menjelang kampanye. Kata Asa-El, yang adalah seorang peneliti di Shalom Hartman Institute di Yerusalem.
Gantz, saat itu, popularitasnya sangat melonjak dalam jajak pendapat, karena dia di pandang sebagai orang yang sangat bertanggung jawab terhadap masyarakat. Banyak veteran Partai Likud yang sudah lama berjuang untuk bisa menggantikan Netanyahu, termasuk Menteri Luar Negeri Israel Katz serta anggota parlemen yaitu Yuli Edelstein.
Yossi Cohen merupakan mantan kepala mata-mata Israel serta sering jadi komentator acara berita dalam sejumlah pekan terakhir. Juga telah di angkat sebagai penggantinya, dengan sejumlah jajak pendapat yang menunjukkan bahwa partai yang dipimpinnya mendapatkan sekitar 12 dari 120 kursi yang ada di Knesset.
“Tidak ada hal yang mustahil,” kata Cohen pada acara televisi yaitu Uvda N12 pada tanggal 4 Januari. “Saya masih belum memutuskan.” Asa-El memperkirakan bahwa akan terjadi “ledakan politik” usai pertempuran mereda dan mungkin saja akan ada pemilihan umum yang prematur. “Akan terjadi demonstrasi secara besar-besaran dan berulang-ulang jika para politisi tersebut terus mencoba untuk menunda-nunda,” ungkapnya scroll-viewport.io.