Ketika Desa Menjadi Zona Perang, Pengorbanan Para Penjaga Thailand
Dalam beberapa bulan terakhir, konflik di perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas dan membawa dampak besar bagi desa‑desa yang sebelumnya tenang.

Suara artileri dan serangan udara bukan saja militer yang merasakan desa-desa kecil di sepanjang perbatasan turut berubah drastis. Rumah‑rumah yang dulu menjadi tempat tinggal keluarga petani dan nelayan kini bergeser status menjadi zona bahaya.
Warga sipil, termasuk anak-anak dan lansia, dipaksa mengungsi ke area aman atau kamp pengungsian. Banyak desa berubah seketika menjadi lokasi konflik, membuat kehidupan sehari‑hari yang semula sederhana kini penuh ketakutan dan ketidakpastian.
Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran VIEWNEWZ.
Akar Konflik Wilayah Thailand-Kamboja
Akar permasalahan konflik Thailand-Kamboja bermula dari perbedaan klaim atas garis batas sepanjang 800 kilometer antara kedua negara.
Garis perbatasan era kolonial ini melintasi area kuil-kuil bersejarah yang menjadi sumber perselisihan selama bertahun-tahun. Klaim yang tumpang tindih ini kerap memicu bentrokan bersenjata sejak awal tahun 2000-an.
Contoh paling terkenal adalah sengketa mengenai Kuil Preah Vihear, yang meskipun Mahkamah Internasional pada tahun 1962 menetapkan kuil tersebut berada di wilayah Kamboja, kedua negara tetap berbeda tafsir terhadap peta kolonial Prancis yang menjadi rujukan hukum.
Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - Link Aplikasi Nonton Timnas Indonesia GRATIS! Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL
![]()
Gencatan Senjata yang Rapuh
Konflik di perbatasan kembali pecah dan meluas ke lima provinsi di Thailand dan lima provinsi di Kamboja.
Konflik terbaru ini dianggap sebagai yang paling mematikan sejak konflik lima hari pada Juli lalu, yang menewaskan puluhan orang dan memaksa sekitar 300.000 warga mengungsi.
Meskipun gencatan senjata telah dicapai sebelumnya. Bahkan dengan intervensi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, ketegangan kembali meningkat ketika Thailand menangguhkan kesepakatan tersebut pada November.
Pembicaraan untuk gencatan senjata seringkali tidak menyelesaikan sengketa secara permanen, dan kedua belah pihak saling menuduh memulai permusuhan.
Baca Juga: Thailand Beri Bantuan Rp1 Miliar Untuk Korban Banjir, Indonesia Hanya Rp15 JT
Upaya Para Penjaga Desa

Di tengah situasi genting ini, muncul sosok‑sosok penjaga desa warga lokal atau relawan keamanan desa yang memilih bertahan. Mereka rela tinggal di desa meskipun ancaman nyata ada di mana‑mana.
Di saat banyak orang pergi menyelamatkan diri, para penjaga ini tetap berada di garis depan mempertahankan rumah dan tanah mereka.
Melindungi warga yang tidak bisa mengungsi seperti lansia atau penyandang disabilitas, serta menjaga agar perampokan atau penjarahan tidak terjadi.
Tindakan mereka tidak mudah. Dengan persenjataan minimal, mereka menghadapi bahaya dari artileri dan ledakan yang bisa datang kapan saja. Rumah, lahan pertanian, sekolah dan fasilitas umum yang dulunya menjadi tumpuan hidup kini terancam hancur.
Namun semangat menjaga tanah kelahiran tetap menjadi batu pijakan karena bagi banyak penjaga desa. Membiarkan kampung mereka kosong berarti menyerah pada kehancuran total, bukan hanya fisik, tetapi juga sejarah dan identitas.
Dampak Konflik Perbatasan Terhadap Kehidupan Desa
Konflik perbatasan seringkali memiliki dampak yang sangat merusak terhadap desa-desa yang berlokasi di dekatnya.
Rumah-rumah penduduk dapat hancur, dan ribuan orang terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka untuk mencari perlindungan di zona aman.
Di Kamboja, lebih dari 100.000 warga desa mengungsi ke zona aman saat konflik perbatasan dengan Thailand memasuki hari keempat. Jumlah pengungsi mencapai 101.129 orang, termasuk bayi, anak-anak, wanita hamil, warga lanjut usia, dan penyandang disabilitas.
Demikian pula di Thailand, sekitar 40.000 penduduk dari 86 desa di dekat perbatasan dievakuasi demi keselamatan. Bahkan, lebih dari 500.000 warga terpaksa melarikan diri dari wilayah perbatasan tempat jet tempur, tank, dan drone kedua negara saling serang.
Konflik ini tidak hanya menimbulkan kerusakan fisik tetapi juga menumbuhkan sentimen kebencian di masyarakat perbatasan.
Simak dan ikuti terus berbagai informasi berita-berita terbaru dan update menarik lainnya hanya di VIEWNEWZ.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari cnnindonesia.com
- Gambar Kedua dari merdeka.com

