Polri Ungkap 86 kasus karhutla Pada Januari–Oktober 2025
Kepolisian Negara Republik Indonesia Polri mencatat sebanyak 86 kasus kebakaran hutan dan lahan karhutla terjadi sepanjang Januari hingga Oktober 2025.

Langkah tegas pun diambil untuk menindak pelaku pembakaran yang mengancam lingkungan, kesehatan, dan keselamatan masyarakat.
Berikut ini VIEWNEWZ akan memberikan informasi terbaru mengenai penanganan 86 kasus kebakaran hutan dan lahan karhutla pada Januari–Oktober 2025.
Sosialisasi dan Patroli Strategi Polri Cegah Karhutla
Untuk mencegah karhutla, Polri telah melaksanakan 27.621 kegiatan sosialisasi sepanjang 2025. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya membuka lahan dengan cara dibakar.
Selain itu, Polri juga melakukan 11.949 patroli karhutla di berbagai wilayah rawan kebakaran. Patroli dilakukan secara darat maupun udara, melibatkan TNI, BPBD, Manggala Agni, dan Masyarakat Peduli Api (MPA).
Kapolri menegaskan, langkah-langkah ini bukan hanya untuk menindak pelaku, tetapi juga sebagai bentuk pencegahan dini agar potensi kebakaran bisa segera terdeteksi dan ditangani sebelum meluas.
Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - Link Aplikasi Nonton Timnas Indonesia GRATIS! Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL
![]()
Infrastruktur Siaga Karhutl Embung Menara dan Posko
Upaya pencegahan karhutla juga melibatkan pembangunan sarana-prasarana di wilayah rawan. Hingga saat ini, Polri bersama instansi terkait telah membangun 4.032 embung atau kanal air serta 1.457 menara pantau.
Selain itu, posko tanggap darurat terpadu telah didirikan di berbagai wilayah rawan karhutla. Posko ini menjadi pusat koordinasi antara Polri, TNI, BPBD, dan lembaga terkait dalam melakukan deteksi dini, patroli, dan penanggulangan kebakaran.
Langkah-langkah ini diambil untuk meningkatkan kesiapsiagaan personel dan sarana-prasarana, sehingga ketika terjadi karhutla, respon cepat bisa dilakukan secara maksimal.
Baca Juga: Kolaborasi Pusat dan Pemprov Dukung Pembangunan Sekolah Rakyat di Jakarta
Teknologi Canggih Untuk Deteksi Dini

Polri juga memanfaatkan teknologi modern untuk monitoring dan deteksi dini kebakaran hutan. Salah satunya melalui aplikasi Geospatial Analytic Center (GAC), yang terintegrasi dengan aplikasi instansi lain seperti SiPongi (Kementerian Kehutanan), Fire Danger Rating System, Himawari (BMKG), dan TMAT (KLHK).
Sistem ini memungkinkan pemantauan titik api secara real time, sehingga jika ditemukan indikasi kebakaran, tim gabungan bisa segera melakukan verifikasi dan tindakan pemadaman.
Selain itu, operasi pemadaman juga didukung melalui modifikasi cuaca untuk mempercepat proses penanganan titik api di lokasi yang sulit dijangkau.
Komitmen Polri Bersama Lembaga Terkait
Dalam menghadapi karhutla yang berpotensi mengganggu stabilitas lingkungan, ekonomi, dan sosial, Polri menegaskan komitmennya untuk melakukan langkah cepat, terpadu, dan berkesinambungan.
Kapolri menyebutkan bahwa strategi ini melibatkan kerja sama erat dengan kementerian dan lembaga terkait, TNI, BPBD, Manggala Agni, dan masyarakat. Setiap langkah mulai dari sosialisasi, patroli, deteksi dini, hingga pemadaman, dirancang untuk mencegah kebakaran meluas dan meminimalkan kerugian.
“Kami tidak hanya fokus menindak pelaku, tetapi juga membangun kesadaran dan keterlibatan masyarakat. Karhutla bukan hanya masalah hukum, tapi juga masalah kemanusiaan dan lingkungan,” ujar Jenderal Sigit.
Dengan pendekatan menyeluruh ini, Polri berharap tingkat karhutla dapat terus ditekan, sekaligus memastikan keselamatan masyarakat dan kelestarian hutan tetap terjaga.
Dampak Karhutla dan Peran Masyarakat
Kebakaran hutan dan lahan tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga berdampak langsung pada kesehatan masyarakat. Asap yang dihasilkan dapat menyebabkan gangguan pernapasan, iritasi mata, dan memperburuk kualitas udara di wilayah terdampak. Selain itu, karhutla juga mengancam kehidupan satwa liar dan mengurangi produktivitas lahan pertanian maupun perkebunan.
Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat menjadi kunci dalam upaya pencegahan. Masyarakat Peduli Api (MPA), contohnya, berperan penting dalam melakukan patroli lokal, melaporkan titik api, dan memberikan edukasi kepada tetangga tentang bahaya membuka lahan dengan cara dibakar.
Kapolri menekankan bahwa kesadaran kolektif akan bencana ini dapat meminimalkan risiko karhutla. Dengan kerja sama antara aparat, pemerintah, dan masyarakat, diharapkan potensi kebakaran dapat terdeteksi lebih cepat, sehingga dampak negatifnya terhadap lingkungan, ekonomi, dan kesehatan bisa ditekan secara signifikan.
Simak dan ikuti terus berbagai informasi berita-berita terbaru dan update menarik lainnya hanya di VIEWNEWZ.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari antaranews.com
- Gambar Kedua dari detik.com

