Tradisi Lebaran Ketupat Umat Islam Pulau Jawa, Waktu dan Kapan Dilaksanakan!
Tradisi Lebaran Ketupat Umat Islam Pulau Jawa merupakan sebuah perayaan unik yang memperpanjang kemeriahan Hari Raya Idul Fitri.
Lebaran, atau Hari Raya Idul Fitri, adalah momen puncak bagi umat Islam setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Namun, kemeriahan Lebaran ternyata tidak berhenti hanya pada dua hari perayaan utama.
Di Pulau Jawa, tradisi Lebaran Ketupat masih dilestarikan oleh sebagian umat Islam, menambah semarak suasana meriah. Lantas, apa sebenarnya Lebaran Ketupat itu? Kapan dirayakan, dan mengapa menjadi tradisi yang begitu istimewa bagi masyarakat Jawa? Mari kita telusuri lebih dalam.
Mengenal Lebaran Ketupat
Lebaran Ketupat adalah tradisi perayaan yang dilakukan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Tradisi ini sangat kental di kalangan umat Islam di Pulau Jawa dan menjadi momen silaturahmi, berbagi kebahagiaan, serta menikmati hidangan khas ketupat bersama keluarga dan tetangga.
Berbeda dengan perayaan Idul Fitri yang didasarkan pada ajaran agama Islam yang tertulis dalam Al-Qur’an, Lebaran Ketupat merupakan tradisi lokal yang tidak ditemukan dalam kitab suci maupun dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Meskipun demikian, tradisi ini tetap dipertahankan dan dilestarikan dari generasi ke generasi, menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Islam di Jawa.
Kapan Lebaran Ketupat 2025 Dirayakan?
Berdasarkan informasi yang ada, Lebaran Ketupat dirayakan satu minggu setelah Idul Fitri, tepatnya pada tanggal 8 Syawal. Jika mengacu pada kalender Hijriah, 8 Syawal 1446 H bertepatan dengan tanggal 7 April 2025. Dengan demikian, umat Islam yang merayakan Lebaran Ketupat akan merayakannya pada tanggal tersebut.
Perhitungan ini didasarkan pada asumsi bahwa Idul Fitri 2025 jatuh pada tanggal 31 Maret. Namun, perlu diingat bahwa penetapan tanggal Idul Fitri secara resmi akan dilakukan oleh pemerintah melalui sidang isbat, sehingga tanggal Lebaran Ketupat pun dapat bergeser menyesuaikan hasil sidang tersebut.
Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - mau nonton gratis timnas bebas iklan dan gratis? Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL
![]()
Sejarah dan Asal-Usul Lebaran Ketupat
Lebaran Ketupat erat kaitannya dengan peran penting Sunan Kalijaga, salah seorang tokoh Walisongo yang gigih menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Beliau memperkenalkan dua konsep Lebaran atau Bakda yang kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi masyarakat Jawa. Kedua Bakda tersebut adalah Bakda Idul Fitri dan Bakda Kupat, yang juga dikenal sebagai Lebaran Ketupat.
Bakda Idul Fitri merupakan perayaan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Syawal, ditandai dengan pelaksanaan shalat Id sebagai ungkapan syukur atas telah menyelesaikan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Selain itu, Bakda Idul Fitri juga menjadi momen penting untuk mempererat tali silaturahmi dengan mengunjungi sanak saudara, kerabat, dan tetangga, saling bermaaf-maafan, serta berbagi kebahagiaan.
Sementara itu, Bakda Kupat atau Lebaran Ketupat dirayakan seminggu setelah Idul Fitri, menjadi simbol syukur dan kebersamaan melalui penyajian hidangan khas ketupat.
Baca Juga:
Filosofi dan Makna Mendalam di Balik Ketupat
Ketupat bukan sekadar hidangan biasa. Bagi masyarakat Jawa, ketupat memiliki makna filosofis yang mendalam. Kata “ketupat” berasal dari akronim bahasa Jawa, yaitu ngaku lepat, yang berarti mengakui kesalahan. Hal ini melambangkan pentingnya introspeksi diri, mengakui kesalahan, dan saling memaafkan di antara sesama manusia.
Selain itu, bentuk ketupat yang segi empat juga memiliki makna tersendiri. Empat sisi ketupat melambangkan empat tindakan atau “laku papat” yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam, yaitu:
- Lebaran: Menyambut hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa.
- Luberan: Bersedekah dan berbagi rezeki kepada sesama.
- Leburan: Saling memaafkan kesalahan.
- Laburan: Menjaga kesucian hati dan pikiran.
Tradisi Selametan
Tradisi Selametan, inti dari Lebaran Ketupat, mencerminkan perpaduan harmonis antara nilai-nilai Islam dan kearifan lokal Jawa. Selametan, atau kenduri, merupakan upacara tradisional yang bertujuan untuk memohon keselamatan, keberkahan, dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Upacara ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi wadah untuk mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan antar warga. Dalam konteks Lebaran Ketupat, selametan menjadi momen penting untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT selama bulan Ramadan dan setelahnya.
Dalam pelaksanaan selametan Lebaran Ketupat, masyarakat biasanya berkumpul di tempat-tempat yang dianggap suci atau netral, seperti masjid, mushola, atau bahkan rumah-rumah warga. Kehadiran seluruh anggota masyarakat, dari berbagai usia dan latar belakang, menciptakan suasana khidmat dan penuh kekeluargaan.
Hidangan ketupat, sebagai simbol utama Lebaran Ketupat, ditata rapi di atas nampan atau wadah khusus, dikelilingi oleh berbagai macam lauk pauk dan makanan tradisional lainnya. Setelah semua siap, seorang tokoh agama atau sesepuh masyarakat akan memimpin doa bersama, memohon kepada Allah SWT.
Hidangan Khas Lebaran Ketupat
Tentu saja, Lebaran Ketupat tidak lengkap tanpa hidangan khasnya, yaitu ketupat itu sendiri. Yang terbuat dari beras yang dibungkus anyaman janur (daun kelapa muda), kemudian direbus hingga matang, menjadi hidangan utama yang wajib ada di meja makan. Ketupat memiliki tekstur yang unik, kenyal namun lembut, serta rasa yang netral sehingga cocok dipadukan dengan berbagai macam lauk pauk.
Ketupat biasanya disajikan dengan berbagai macam lauk pauk yang menggugah selera, seperti opor ayam, sayur labu siam, sambal goreng ati, dan taburan bubuk kedelai. Kehadiran lauk-pauk ini menambah cita rasa dan variasi dalam hidangan Lebaran Ketupat, menjadikannya semakin istimewa.
Hidangan-hidangan ini tidak hanya lezat, tetapi juga memiliki makna simbolis. Opor ayam, misalnya, melambangkan kemakmuran dan keberuntungan, seringkali menjadi simbol harapan akan rezeki yang melimpah di tahun yang akan datang. Sayur labu siam melambangkan kesederhanaan dan kerendahan hati, mengingatkan kita untuk tetap rendah hati meskipun telah mencapai kesuksesan.
Kesimpulan
Lebaran Ketupat lebih dari sekadar perayaan tahunan; ia adalah simbol hidup dari akulturasi budaya dan agama di Jawa. Di dalamnya, nilai-nilai universal Islam menyatu harmonis dengan kearifan lokal, menciptakan sebuah tradisi yang unik dan bermakna. Perayaan ini menjadi wadah untuk mempererat tali persaudaraan, memanjatkan rasa syukur tak terhingga kepada Sang Pencipta, sekaligus meneguhkan jati diri sebagai umat Islam yang berakar pada budaya yang kaya.
Melalui pelestarian Lebaran Ketupat, masyarakat Jawa tidak hanya merayakan sebuah tradisi, tetapi juga aktif menjaga warisan budaya yang tak ternilai harganya. Tradisi ini memperkaya keragaman khazanah Islam di Indonesia, memberikan warna tersendiri yang membedakannya dari praktik keagamaan di belahan dunia lain.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang semua informasi viral terupdate lainnya hanya di VIEWNEWZ.
Sumber Informasi Gambar:
1. Gambar Pertama dari Tempo.co
2. Gambar Kedua dari mubadalah.id