Trend Salat Tarawih Sambil Live TikTok, Ibadah Itu Hanya Untuk Allah SWt
Muncul fenomena yang cukup mencuri perhatian di bulan Ramadan 2025, yaitu trend salat tarawih sambil live TikTok yang dilakukan oleh imam masjid yang memimpin salat Tarawih.
Fenomena ini memunculkan berbagai reaksi, mulai dari dukungan hingga penolakan, serta pertanyaan mengenai kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip agama Islam dan esensi dari syiar itu sendiri. Artikel ini akan mengupas tuntas fenomena ini dari berbagai sudut pandang, mulai dari motif di balik aksi tersebut, pro dan kontra yang muncul di masyarakat, hingga pandangan hukum Islam terkait hal ini.
Tarawih Live TikTok di Ramadan 2025
Pada Ramadan tahun 2025, media sosial, khususnya TikTok, diramaikan dengan tren baru, yaitu siaran langsung salat Tarawih yang dipimpin oleh imam masjid. Fenomena ini tidak hanya terjadi di satu tempat, tetapi di beberapa masjid, sehingga menimbulkan perbincangan hangat di kalangan warganet. Beberapa imam bahkan mendapatkan saweran (gift) dari penonton karena dianggap memiliki suara yang merdu dan bacaan ayat suci Al-Quran yang bagus.
Namun, fenomena ini juga memicu kontroversi. Banyak yang mempertanyakan apakah tindakan ini sesuai dengan adab (etika) dalam beribadah dan apakah tidak mengurangi kekhusyukan salat. Selain itu, muncul pula kekhawatiran bahwa tujuan dari ibadah menjadi bergeser, dari yang seharusnya hanya untuk Allah SWT, menjadi untuk mendapatkan pengakuan dan popularitas di media sosial.
Pro dan Kontra Masyarakat
Fenomena Tarawih live di TikTok ini memecah opini masyarakat menjadi dua kubu: pro dan kontra. Kubu yang pro berpendapat bahwa tindakan ini dapat menjadi salah satu cara untuk syiar Islam, mengajak lebih banyak orang untuk beribadah, dan menyebarkan nilai-nilai positif di media sosial. Mereka beranggapan bahwa di era digital ini, pemanfaatan media sosial untuk kegiatan keagamaan adalah sebuah inovasi yang patut didukung.
Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - mau nonton gratis timnas bebas iklan dan gratis? Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL
![]()
Di sisi lain, kubu yang kontra berpendapat bahwa tindakan ini dapat mengganggu kekhusyukan salat, baik bagi imam maupun jamaah. Mereka khawatir bahwa fokus imam akan terpecah antara memimpin salat dan berinteraksi dengan penonton di TikTok. Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa ibadah seharusnya dilakukan dengan tulus ikhlas hanya karena Allah SWT, bukan untuk dipamerkan atau mencari popularitas.
Motif di Balik Layar
Motif di balik trend salat tarawih sambil live TikTok ini bisa bermacam-macam. Sebagian imam mungkin melakukannya dengan niat tulus untuk syiar Islam, menyebarkan ajaran agama, dan mengajak lebih banyak orang untuk beribadah. Mereka melihat media sosial sebagai platform yang efektif untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda.
Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga imam yang melakukannya dengan motif lain, seperti mencari popularitas atau bahkan keuntungan ekonomi. Dengan mendapatkan banyak penonton dan saweran (gift) di TikTok, mereka bisa meningkatkan popularitas dan mendapatkan penghasilan tambahan. Motif-motif inilah yang kemudian memicu kontroversi dan perdebatan di masyarakat.
Pandangan Hukum Islam
Dalam hukum Islam (fiqih), salat Tarawih yang dilakukan sambil live di TikTok pada dasarnya tetap sah, selama syarat dan rukun salat terpenuhi. Artinya, imam dan jamaah tetap menghadap kiblat, membaca ayat-ayat Al-Quran dengan benar, dan melakukan gerakan-gerakan salat sesuai dengan tuntunan syariat. Kiai Badrut Tamam juga menjelaskan bahwa melakukan salat Tarawih melalui TikTok tidak mempengaruhi keabsahannya.
Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai apakah tindakan ini dianjurkan atau tidak. Sebagian ulama berpendapat bahwa tindakan ini tidak dianjurkan karena dapat mengganggu kekhusyukan salat dan berpotensi menimbulkan riya’ (pamer). Mereka mengingatkan bahwa ibadah seharusnya dilakukan dengan tulus ikhlas hanya karena Allah SWT, bukan untuk dipamerkan atau mencari popularitas.
Baca Juga:
Etika Bermedia Sosial Dalam Islam
Dalam Islam, etika bermedia sosial menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga kesucian ibadah. Umat Muslim harus senantiasa menjaga niat dan tujuan yang benar saat menggunakan platform digital, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menyebarkan kebaikan. Media sosial seharusnya menjadi alat untuk memperkuat prinsip-prinsip keislaman dan menyebarkan ilmu yang bermanfaat, yang merupakan amal jariyah.
Hal ini berarti menghindari penggunaan media sosial untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkanMudharat, dan sebaliknya, memanfaatkannya untuk aktivitas positif seperti pembelajaran online, diskusi, dan berbagi informasi penting. Selain itu, umat Muslim dianjurkan untuk menjauhi tindakan-tindakan yang dapat mengurangi nilai ibadah, seperti pamer (riya’), sombong, atau mencari popularitas.
Media sosial seharusnya tidak dijadikan ajang untuk mencari pengakuan atau keuntungan pribadi, melainkan sebagai sarana untuk berdakwah dan menyebarkan nilai-nilai Islam yang positif. Dalam hal ini, penting untuk selalu introspeksi diri dan memastikan bahwa setiap postingan, komentar, atau tindakan di media sosial didasari oleh niat yang ikhlas karena Allah SWT.
Dampak Media Sosial terhadap Kekhusyukan Ibadah
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap kekhusyukan ibadah. Terlalu sering bermain media sosial dapat membuat seseorang menjadi lalai dan lupa akan kewajibannya kepada Allah SWT. Selain itu, media sosial juga dapat menimbulkan gangguan konsentrasi saat beribadah, karena pikiran terusik dengan notifikasi atau konten-konten yang ada di media sosial.
Oleh karena itu, umat Muslim hendaknya bijak dalam menggunakan media sosial. Jangan sampai media sosial justru menjauhkan diri dari Allah SWT dan mengurangi kekhusyukan dalam beribadah. Manfaatkanlah media sosial untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat, serta tetap prioritaskan ibadah dan kewajiban-kewajiban agama lainnya.
Syiar Islam di Era Digital
Syiar Islam di era digital memiliki potensi yang sangat besar untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Namun, dalam melakukan syiar di media sosial, terdapat batasan-batasan dan etika yang perlu diperhatikan. Materi dakwah yang disampaikan hendaknya sesuai dengan ajaran Islam yang benar dan tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
Selain itu, cara penyampaian dakwah juga hendaknya dilakukan dengan hikmah (bijaksana) dan santun. Hindari menggunakan kata-kata yang kasar, merendahkan, atau menyakiti orang lain saat berdakwah di media sosial. Jaga selalu niat dan tujuan yang benar dalam berdakwah, yaitu untuk menyampaikan kebenaran dan mengajak orang lain kepada kebaikan, bukan untuk mencari popularitas atau keuntungan pribadi.
Kesimpulan
Sebagai umat Muslim, kita harus mampu menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Jangan sampai kesibukan dengan urusan dunia membuat kita lalai akan kewajiban-kewajiban agama. Manfaatkanlah teknologi dan media sosial untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat. Tetapi jangan sampai teknologi dan media sosial justru menjauhkan kita dari Allah SWT. Ingatlah bahwa tujuan hidup kita adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dan meraih ridha-Nya.
Jadikanlah setiap aktivitas kita, termasuk aktivitas di media sosial, sebagai bagian dari ibadah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian, kita akan mampu meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang semua informasi viral terupdate lainnya hanya di VIEWNEWZ.