Janji Manis Sebagai Editor, Akhirnya Jadi Pekerja Judol di Kamboja
Janji manis sebagai editor, pemuda asal warga bekasi akhirnya jadi pekerja judol di Kamboja, dengan tawaran yang tidak sesuai harapan baginya.
Lewat iklan lowongan kerja di media sosial, ia dijanjikan posisi sebagai “Content Editor” di perusahaan internasional berbasis di Kamboja. Dengan gaji dolar, tempat tinggal gratis, dan jenjang karier menjanjikan.
Dengan harapan besar, Rian meninggalkan tanah air dan keluarga demi mengejar mimpi kreatifnya. Tapi sesampainya di sana, realita jauh dari ekspektasi, alih-alih mengedit konten, ia justru dipaksa mengelola situs judi online, bekerja 12 jam sehari tanpa kejelasan status, hak, apalagi keamanan. Berikut dari VIEWNEWZ yang akan memberikan informasi lengkap secara rinci mengenai Janji Manis Sebagai Editor, Akhirnya Jadi Pekerja Judol di Kamboja.
Perjanji Tidak Sesuai Harapan
Seorang pemuda asal Bekasi, sejak kecil bercita-cita menjadi editor video profesional. Sejak duduk di bangku SMA, ia aktif mengedit video pendek untuk teman-teman sekolahnya, dan akhirnya melanjutkan ke jurusan komunikasi visual dengan harapan bisa berkarya di industri kreatif Indonesia. Ia membayangkan bekerja di sebuah studio ternama, mengedit film dokumenter atau iklan-iklan komersial yang penuh nilai estetika.
Setelah lulus, ia mendapati dunia kerja tak semudah yang dibayangkan. Tawaran pekerjaan minim, sementara biaya hidup terus menekan. Ketika sebuah perusahaan dari luar negeri menawarkan posisi “video editor untuk platform digital internasional” dengan gaji dolar, dirinya tak pikir panjang. Ia menandatangani kontrak dan berangkat ke Kamboja dengan penuh semangat dan harapan.
Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS! Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL
![]()
Janji Manis yang Menyesatkan
Tawaran itu terdengar menggiurkan, fasilitas tempat tinggal, makan gratis, gaji yang besar, serta lingkungan kerja internasional. Segalanya tampak profesional dari luar. Kontrak kerja menyebutkan posisi sebagai video editor, dan dijanjikan akan mengelola konten-konten hiburan untuk platform digital global. Pria ini membayangkan akan terlibat dalam proyek-proyek kreatif yang menantang.
Namun, kenyataan mulai terasa pahit sejak hari pertama. Alih-alih mengedit konten kreatif, ia justru ditempatkan di sebuah ruangan penuh komputer dan diminta membuat konten umpan untuk platform perjudian online alias judol. Tugasnya bukan sekadar teknis, tapi juga penuh tekanan: target engagement, kerja 12 jam non-stop, dan kadang-kadang diminta memalsukan testimoni demi menarik korban baru.
Realita Pahit di Negeri Orang
Hari-hari pria tersebut dipenuhi kebosanan, tekanan, dan rasa bersalah. Ia harus menyaksikan teman-teman kerja yang tak kuat mental akhirnya dideportasi atau mengundurkan diri diam-diam. Tak ada ruang untuk protes. Sekali menolak perintah, ancamannya bukan hanya pemecatan, tapi juga penahanan paspor dan denda yang mencekik.
Meski tempat tinggal disediakan, keadaannya jauh dari kata layak. Ruangan sempit berisi enam orang dengan pengawasan kamera 24 jam. Hak privasi nyaris tak ada. Pekerja seperti pria ini ibarat “mesin produksi” konten tipuan yang terus dipacu tanpa henti, demi keuntungan perusahaan yang bermain di wilayah abu-abu hukum.
Baca Juga:
Bekerja Demi Kelangsungan Hidup
Banyak anak muda dari Indonesia, Filipina, hingga Tiongkok bernasib sama. Mereka direkrut dengan janji pekerjaan kreatif dan gaji tinggi, namun berakhir sebagai pion dalam sistem kerja eksploitatif. Beberapa bahkan tidak menyadari bahwa perusahaan tempat mereka bekerja sebenarnya ilegal di negara asal mereka.
Mereka bertahan bukan karena nyaman, tapi karena terjebak. Biaya keluar dari pekerjaan bisa sangat besar, paspor ditahan, dan ancaman intimidasi psikologis kerap kali jadi senjata ampuh dari atasan. Dalam posisi terjepit, banyak dari mereka hanya bisa terus bekerja sambil berharap ada jalan keluar suatu hari nanti.
Antara Hukum dan Abu-Abu
Yang membuat keadaan makin rumit adalah status perusahaan-perusahaan ini yang sering kali bermain di wilayah “semi-legal”. Di Kamboja, praktik perjudian online sempat dilegalkan namun kemudian dilarang kembali oleh pemerintah setempat. Sayangnya, penegakan hukumnya tidak selalu tegas, sehingga banyak perusahaan tetap beroperasi secara diam-diam.
Dalam kondisi itu, para pekerja seperti pria ini menjadi korban dari sistem yang membiarkan pelanggaran terus berlangsung. Tidak cukup hanya dengan niat ingin keluar; proses legal dan keamanan diri juga menjadi pertimbangan serius. Beberapa bahkan terpaksa meminta bantuan kedutaan atau LSM untuk bisa pulang ke tanah air.
Mencari Jalan Pulang
Setelah hampir satu tahun bekerja dalam tekanan, pria tersebut akhirnya memutuskan mencari pertolongan. Ia diam-diam menghubungi komunitas diaspora Indonesia di Kamboja dan menceritakan keadaannya. Berkat bantuan mereka, serta kerja sama dengan pihak kedutaan, pria ini berhasil keluar dari perusahaan itu meski harus kehilangan sisa gajinya dan barang pribadinya.
Kini ia telah kembali ke Bekasi. Luka mental masih membekas, namun ia mulai menata hidup kembali. Pengalaman itu menjadi pelajaran pahit yang tak akan ia lupakan seumur hidup. Ia juga aktif membagikan kisahnya di forum-forum online agar orang lain tidak mengalami nasib serupa.
Kesimpulan
Kisah dari pria ini hanyalah satu dari sekian banyak cerita pekerja migran digital yang terjebak janji palsu. Banyak dari mereka adalah anak muda penuh semangat dan impian besar, yang akhirnya harus menghadapi kenyataan brutal dari praktik kerja gelap yang menyamar dalam balutan pekerjaan kreatif.
Sebelum menerima tawaran kerja di luar negeri terutama di bidang digital penting bagi siapa pun untuk memverifikasi perusahaan, memahami kontrak dengan detail, dan mencari testimoni dari mantan karyawan. Dunia maya memang penuh peluang, tapi juga tak sedikit jebakan. Jangan sampai mimpi indah berubah jadi mimpi buruk. Ikuti terus informasi berita terbaru dari kami yang terus update setiap harinya di VIEWNEWZ.
Informasi gambar yang kami dapatkan:
- Gambar Pertama dari Sinpo.id
- Gambar Kedua dari Katadata