Mengejutkan! Miliarder Elon Musk Resmi Keluar Dari Pemerintahan Donald Trump
Kabar mengejutkan datang dari dunia politik dan bisnis Amerika Serikat, miliarder sekaligus inovator teknologi Elon Musk mengumumkan bahwa dia keluar dari pemerintahan Presiden Donald Trump.
Pengumuman ini sekaligus menandai berakhirnya masa jabatannya sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah, yang dikenal dengan singkatan DOGE. Di bawah ini VIEWNEWZ akan membahas perjalanan, kontroversi, dan dampak pengunduran dirinya.
Masa Jabatan yang Penuh Kontroversi
Elon Musk, yang dikenal luas sebagai CEO Tesla dan SpaceX, sebelumnya secara mengejutkan ditunjuk untuk memimpin DOGE sebuah inisiatif pemerintah yang bertujuan memangkas pemborosan dan meningkatkan efisiensi anggaran federal Amerika. Penunjukan ini sempat menuai pro dan kontra mengingat latar belakang Musk yang lebih dikenal sebagai pengusaha teknologi ketimbang pejabat pemerintahan.
Dalam perannya, Musk berjanji untuk memangkas pengeluaran yang tidak perlu dan memperkenalkan perubahan drastis dalam birokrasi pemerintah yang kerap dianggap lamban dan boros. Ia juga mencari “para revolusioner pemerintahan kecil dengan IQ super tinggi” yang mau bekerja keras demi melakukan reformasi signifikan di lingkungan pemerintahan.
Namun, selama masa jabatannya, tidak sedikit masalah yang muncul. Ribuan pegawai pemerintah dikeluarkan dari daftar gaji, beberapa departemen ditutup atau digabungkan, dan sejumlah pejabat senior pemerintahan Trump berselisih pendapat dengan Musk. Meski demikian, sang miliarder tetap berusaha menunjukkan komitmen tinggi dalam misi tersebut.
Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS! Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL
Kritik Terbuka dan Keputusan Mundur
Sikap kritis Elon Musk terhadap pemerintahan Trump mulai terlihat secara terbuka beberapa hari sebelum pengunduran dirinya. Musk mengkritik rancangan undang-undang belanja pemerintah yang menurutnya terlalu besar dan menambah defisit anggaran negara, yang tentu bertentangan dengan tujuan DOGE untuk mengefisienkan pengeluaran.
“RUU bisa besar, atau bisa juga indah. Namun saya tidak tahu apakah keduanya bisa” kata Musk dalam sebuah pernyataan yang memancing perhatian luas. Pernyataan ini dianggap sebagai kritik pertama Musk secara terbuka terhadap kebijakan Presiden Trump. Padahal sebelumnya ia dikenal sebagai pendukung setia dan donatur terbesar kampanye Trump di Pemilu 2024.
Tak lama setelah kritik tersebut, Musk mengumumkan pengunduran dirinya melalui unggahan di X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), mengucapkan terima kasih kepada Presiden Trump atas kesempatan berharga yang diberikan. Dalam pesannya, Musk juga menyatakan keyakinannya bahwa misi DOGE akan terus berjalan dan berkembang meskipun tanpa kehadirannya.
Baca Juga:
Gugatan Hukum dan Tantangan yang Mendera
Selain tantangan internal pemerintahan, Musk dan DOGE juga menghadapi berbagai tekanan hukum yang tak kalah berat. Seorang hakim Distrik AS memutuskan bahwa Musk harus menghadapi gugatan atas dugaan penggunaan kekuasaan ilegal selama menjabat sebagai Kepala DOGE.
Gugatan ini menjadi bagian dari serangkaian kasus yang berusaha mengungkap transparansi dan tanggung jawab dalam pengelolaan informasi sensitif pemerintah.
Di tengah tekanan hukum tersebut, fokus Musk mulai bergeser kembali ke bisnis-bisnisnya yang selama ini menjadi sumber kekayaan dan inovasi besar di dunia teknologi. Namun, tahun 2025 ini juga menjadi tahun yang penuh tantangan bagi Tesla dan SpaceX.
Bisnis yang Bergejolak dan Misi SpaceX yang Gagal
Tesla, perusahaan mobil listrik milik Musk, baru-baru ini menjadi sorotan negatif akibat beberapa dealer yang menjadi sasaran pembakaran dan serangan, yang mencerminkan meningkatnya ketegangan sosial dan politik di Amerika. Selain itu, harga saham Tesla juga mengalami penurunan signifikan, memperlihatkan gejolak pasar dan kekhawatiran investor terhadap masa depan perusahaan.
SpaceX, perusahaan antariksa ambisius milik Musk, juga tak lepas dari masalah. Uji terbang roket Starship, yang selama ini diharapkan menjadi langkah revolusioner dalam teknologi luar angkasa, mengalami kegagalan tragis.
Pada Rabu, roket Starship meledak di atas Samudra Hindia saat uji terbang kesembilannya. Sebuah kemunduran yang memukul reputasi SpaceX dan menunda beberapa rencana eksplorasi luar angkasa.
Tak hanya itu, platform media sosial milik Musk, X, juga mengalami gangguan besar selama dua jam pada hari Sabtu, menambah daftar masalah operasional yang harus dihadapi sang pengusaha. Musk sendiri mengakui perlunya peningkatan besar dalam operasional platform tersebut.
Dampak dan Masa Depan
Pengunduran diri Elon Musk dari pemerintahan Donald Trump menandai babak baru dalam perjalanan karir dan perannya dalam politik Amerika. Meski kepergiannya mengejutkan banyak pihak, terutama karena ia adalah salah satu tokoh paling kontroversial dan berpengaruh dalam pemerintahan Trump, keputusan ini dinilai oleh sebagian analis sebagai langkah yang masuk akal mengingat tekanan hukum dan fokusnya pada bisnis.
Kepergian Musk tentu berdampak pada masa depan DOGE dan inisiatif efisiensi pemerintahan yang digagasnya. Tanpa sosok visioner sekaligus kontroversial seperti Musk, DOGE harus menemukan cara baru untuk melanjutkan misi reformasi anggaran dan efisiensi. Hal ini penting agar momentum yang telah terbentuk tidak hilang begitu saja.
Sementara itu, Elon Musk kemungkinan besar akan kembali mengarahkan energi dan perhatiannya pada inovasi teknologi. Fokus utamanya adalah pada pengembangan bisnis Tesla, SpaceX, serta platform media sosial X. Tahun 2025 menjadi masa penuh tantangan sekaligus peluang bagi sang miliarder. Musk tetap menjadi sosok yang selalu menjadi pusat perhatian dunia.
Simak dan ikuti terus VIEWNEWZ agar Anda tidak ketinggalan berita informasi menarik lainnya seperti Elon Musk yang keluar dari pemerintahan presiden Donald Trump dan masih banyak lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.beritasatu.com
- Gambar Kedua dari www.msn.com
