Netanyahu Ungkap 3 Syarat Agar Gaza Capai Perdamaian
Netanyahu adalah seorang politikus dan diplomat Israel yang menjabat sebagai Perdana Menteri Israel sejak Desember 2022. Ia juga merupakan Ketua Partai Likud, anggota Knesset, dan Menteri Kesehatan Israel. Ia di kenal sebagai tokoh yang keras dalam menghadapi konflik dengan Palestina, Iran, dan negara-negara Arab lainnya.
Ia juga memiliki latar belakang sebagai prajurit veteran yang pernah terlibat dalam operasi-operasi rahasia dan berbahaya. Ia adalah perdana menteri terlama sejak kemerdekaan Israel, meskipun menghadapi berbagai kontroversi dan tuduhan korupsi.
3 Syarat Benjamin Netanyahu
Konflik antara Israel dan Palestina adalah salah satu masalah terlama dan paling rumit di dunia. Banyak usaha perdamaian yang telah di lakukan, tetapi belum ada yang berhasil menyelesaikan konflik ini secara permanen. Salah satu solusi yang sering di sebut-sebut adalah Solusi Dua Negara. Yaitu pembentukan dua negara yang merdeka dan berdaulat, Israel dan Palestina, yang hidup berdampingan secara damai.
Solusi Dua Negara di dasarkan pada prinsip bahwa kedua belah pihak memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri dan memiliki tanah air sendiri. Solusi ini juga di harapkan dapat mengakhiri pendudukan Israel di wilayah Palestina, yang dianggap melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia. Selain itu, solusi ini juga bertujuan untuk menyelesaikan isu-isu sensitif seperti status Yerusalem, pengungsi Palestina, dan permukiman Israel. Pada Selasa 26/12/2023, ia mengatakan bahwa ada 3 syarat untuk Gaza agar bisa mencapai perdamaian. Berikut di bawah ini kami akan memberitahukan 3 Syarat Benjamin Netanyahu :
1. Membebaskan Semua Sandera
Salah satu tuntutan yang diajukan oleh Perdana Menteri Israel kepada Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza, sebagai syarat untuk mencapai gencatan senjata. Netanyahu menuntut agar Hamas melepaskan semua sandera Israel yang di tahan di Gaza, termasuk dua warga sipil dan jenazah dua tentara yang tewas dalam perang tahun 2014.
Netanyahu mengatakan bahwa tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya para sandera, dan menegaskan kembali posisi lama pemerintahnya. Hamas hanya akan membebaskan para sandera jika Israel membebaskan semua tahanan Palestina, kata juru bicara Hamas. Israel menolak seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata di Gaza, dan mengatakan bahwa akan terus berperang melawan Hamas dan kelompok-kelompok teroris lainnya di Gaza, hingga mereka tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
Mendengar dari perkataan Netanyahu tersebut, sontak tanggapan Hamas terhadap tuntutan Netanyahu adalah menolak untuk membebaskan semua sandera Israel yang di tahan di Gaza, kecuali jika Israel membebaskan semua tahanan Palestina dari penjaranya. Hamas juga mengatakan bahwa Israel harus menghentikan serangan-serangan militernya terhadap Gaza dan mengakhiri blokade yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Kemudian Hamas menganggap tuntutan Netanyahu sebagai upaya untuk menghindari tanggung jawab atas pembantaian yang di lakukan oleh pasukan Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang dan melukai ribuan lainnya. Hamas juga menuduh Netanyahu menggunakan perang sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya yang terancam oleh persidangan korupsi dan krisis politik di Israel. Hamas mengatakan bahwa mereka siap untuk berperang sampai mencapai kemenangan atau syahid.
2. Melenyapkan Organisasi Teroris
Melenyapkan organisasi teroris yang menjadi syarat Benjamin Netanyahu adalah salah satu tuntutan yang diajukan oleh Perdana Menteri Israel kepada Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza, sebagai syarat untuk mencapai perdamaian. Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan terus berperang melawan Hamas dan kelompok-kelompok teroris lainnya di Gaza, baik di atas maupun di bawah tanah, hingga mereka tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
Ia mengatakan bahwa kampanye anti-terorisme ini sudah dia mulai sejak menjadi prajurit muda, dan menjadi pendorongnya untuk aktif di ranah politik Israel. Netanyahu juga di kenal sebagai tokoh yang keras dalam menghadapi konflik dengan Palestina, Iran, dan negara-negara Arab lainnya. Netanyahu telah mendahulukan masalah keamanan di atas setiap diskusi perdamaian, dan menolak seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata di Gaza.
3. Mengendalikan Keamanan di Gaza
Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan mengambil alih kendali keamanan di Gaza setelah perang berakhir, dan tidak akan bernegosiasi dengan Hamas. Ia juga mengatakan bahwa Gaza harus di lakukan demiliterisasi, dan hanya Israel yang bisa melakukannya.
Mendemiliterisasi Gaza berarti menghapus semua senjata dan roket yang di miliki oleh Hamas atau kelompok militan lainnya di Gaza, sehingga Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel atau negara-negara tetangga. Ini adalah salah satu tuntutan utama Israel untuk mengakhiri perang dengan Hamas, tetapi Hamas menolak untuk menyerahkan senjatanya.
Israel mengatakan bahwa hanya militer Israel yang bisa mendemiliterisasi Gaza, dan tidak mau mengizinkan Otoritas Palestina atau pasukan internasional untuk mengambil alih tanggung jawab keamanan di sana. Namun, banyak negara dan organisasi internasional yang mengkritik rencana Israel ini, karena dianggap melanggar hak-hak rakyat Palestina dan hukum internasional.
Netanyahu mengatakan bahwa ia bertekad untuk menyelesaikan misi-misi ini, dan tidak akan terpengaruh oleh seruan gencatan senjata dari dunia internasional ViewNewz,. Ia juga mengatakan bahwa ia memiliki rencana untuk membantu pembangunan Gaza, asalkan Hamas berkomitmen untuk tidak mengganggu Israel dalam jangka panjang.
Tanggapan Dunia Atas 3 Syarat Benjamin Netanyahu
Situasi kemanusiaan di Gaza saat ini sangat memprihatinkan. Menurut laporan dari badan PBB dan Palang Merah, lebih dari 1,5 juta orang di Gaza mengungsi secara internal. Dan menghadapi kekurangan makanan, bahan bakar, air minum, dan obat-obatan yang semakin memburuk.
Rumah sakit utama Gaza, Al Shifa, di kepung oleh tank-tank Israel, dan banyak rumah sakit lainnya tidak beroperasi karena serangan bom, pertempuran, dan pemadaman listrik. Israel juga telah menuntut keras tentang pembebasan lebih dari 240 sandera yang telah di sekap oleh Hamas sebagai syarat untuk gencatan senjata. Hamas, yang menguasai Gaza, menolak untuk menyerahkan senjatanya, dan mengatakan bahwa Israel harus mengakhiri pendudukan dan blokade di wilayah Palestina. Di tambah lagi dengan 3 syarat yang di lontarkan oleh Netanyahu, semakin membuat Gaza semakin memprihatinkan. Dunia yang telah mendengar tentang 3 syarat Netanyahu ini langsung menimbulkan tanggapam, seperti:
Tanggapan Dari Hamas
Hamas menolak ketiga syarat tersebut, dan mengatakan bahwa Israel harus mengakhiri pendudukan dan blokade di wilayah Palestina, serta membebaskan semua tahanan Palestina.
Tanggapan Dari Palestina
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengutuk serangan Israel ke Gaza, dan mendesak komunitas internasional untuk menghentikan agresi Israel. Abbas juga menyerukan rekonsiliasi nasional antara Fatah dan Hamas, serta pengakuan atas hak Palestina untuk memiliki negara sendiri.
Tanggapan Dari Amerika Serikat
Presiden AS Joe Biden telah menunjukkan dukungan yang teguh terhadap keamanan Israel, tetapi juga menekankan perlunya gencatan senjata segera dan solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
Tanggapan Dari Turki
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik Israel sebagai negara teroris, dan menuduh Netanyahu sebagai pembunuh anak-anak. Erdogan juga mengecam sikap AS yang mendukung Israel, dan mengatakan bahwa Turki akan terus berdiri di sisi rakyat Palestina.
Tanggapan Dari Iran
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa Iran akan mendukung perlawanan Palestina melawan Israel. Dan menyebut Israel sebagai tumor kanker yang harus di hapus. Iran juga menyalahkan AS dan negara-negara Barat lainnya yang mendiamkan kekejaman Israel.
Tanggapan Dari negara-negara Arab
Beberapa negara Arab, seperti Mesir, Yordania, dan Qatar, telah berusaha untuk meredakan ketegangan antara Israel dan Hamas, dan menawarkan bantuan kemanusiaan untuk Gaza. Namun, beberapa negara Arab lainnya. Seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko, yang baru-baru ini menormalisasi hubungan dengan Israel, telah mengambil sikap yang lebih lunak terhadap Israel, dan menyerukan penghormatan terhadap status quo di Yerusalem scroll viewport.io.