Perang Dagang Memanas! China Balas Dendam, Incar Komoditas AS Ini
Perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah beberapa tahun ketegangan yang meruncing antara dua ekonomi terbesar di dunia ini.
Setelah serangkaian kebijakan perdagangan yang penuh kontroversi, kini China tampaknya siap membalas dendam dengan menargetkan sejumlah komoditas utama AS sebagai bagian dari strategi balasan yang penuh perhitungan. Dengan dampak yang semakin terasa di pasar global, ketegangan ini semakin memperburuk hubungan antara dua raksasa ekonomi tersebut, serta mengguncang perekonomian dunia.
Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - mau nonton gratis timnas bebas iklan dan gratis? Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL
![]()
Latar Belakang Perang Dagang AS-China
Perang dagang antara AS dan China dimulai pada tahun 2018 ketika Presiden AS saat itu, Donald Trump, mengenakan tarif impor yang tinggi terhadap barang-barang China senilai ratusan miliar dolar AS. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menekan defisit perdagangan AS yang semakin besar dengan China, serta memaksa negara tirai bambu itu untuk menghentikan praktik perdagangan yang dianggap tidak adil, seperti pencurian hak kekayaan intelektual dan subsidi industri domestik.
China, sebagai reaksi terhadap tarif tersebut, membalas dengan mengenakan tarif terhadap barang-barang AS. Mencakup berbagai produk seperti kedelai, mobil, dan pesawat terbang. Meskipun ada upaya untuk menyelesaikan konflik ini melalui perundingan dagang yang menghasilkan kesepakatan sementara pada 2020. Ketegangan kembali meningkat, dan ketidakpastian dalam hubungan kedua negara tetap ada.
Baca Juga: Harapan Bagi Karyawan Sritex, Peluang Kerja Kembali dalam Genggaman!
China Balas Dendam Dengan Menargetkan Komoditas AS
Setelah jeda yang relatif tenang, kini China kembali menunjukkan sikap lebih agresif dalam menanggapi kebijakan perdagangan AS. Salah satu langkah yang diambil adalah memperkenalkan tarif baru dan memperketat pembatasan impor terhadap sejumlah komoditas penting dari AS. Beberapa komoditas utama yang kini menjadi target China meliputi produk pertanian, energi, dan teknologi.
1. Produk Pertanian: Kedelai dan Jagung
Komoditas pertanian, khususnya kedelai, merupakan salah satu barang yang sangat sensitif dalam perang dagang ini. AS adalah salah satu eksportir terbesar kedelai ke China, yang membutuhkan kedelai untuk pakan ternak dan industri makanan. Ketika China mengenakan tarif tinggi terhadap kedelai AS pada 2018, dampaknya sangat terasa, dengan para petani AS mengalami penurunan besar dalam penjualan ke pasar China. Kini, dengan ketegangan yang meningkat, China kembali meningkatkan langkah-langkah yang dapat mengancam pasar komoditas pertanian AS, termasuk jagung dan gandum.
Sementara itu, China juga berusaha untuk meningkatkan pasokan pertanian domestik dan mengurangi ketergantungannya pada impor dari AS. Dalam jangka panjang, ini dapat mempengaruhi industri pertanian AS yang sangat bergantung pada ekspor ke pasar China.
2. Energi Minyak dan Gas Alam
China juga berfokus pada sektor energi dalam upayanya untuk membalas dendam terhadap AS. Minyak mentah dan gas alam, yang sebelumnya menjadi komoditas penting dalam perdagangan antara kedua negara, kini semakin diperebutkan. Pada 2018, China sempat mengenakan tarif terhadap ekspor minyak mentah dari AS, yang membuat pasar energi global terkejut.
Dengan kebijakan ini, China berupaya untuk mengalihkan pasokan energi dari AS ke negara-negara produsen energi lain, seperti Timur Tengah, Rusia, dan negara-negara di Afrika. Sementara itu, AS berusaha mencari pasar baru untuk komoditas energi mereka, namun dampak dari ketegangan ini sangat terasa di pasar global.
3. Produk Teknologi Semikonduktor dan Komponen Elektronik
China juga tidak tinggal diam dalam menargetkan industri teknologi AS. Salah satu sektor yang kini menjadi perhatian utama adalah semikonduktor. Semikonduktor adalah komponen penting dalam berbagai perangkat elektronik, dari smartphone hingga mobil listrik. Sebagai salah satu pasar terbesar bagi teknologi AS, China ingin mengurangi ketergantungan pada teknologi AS dengan mempercepat pengembangan industri semikonduktor domestik.
Langkah-langkah tersebut juga melibatkan pembatasan impor komponen-komponen elektronik yang digunakan dalam perangkat seperti ponsel dan komputer, yang berdampak langsung pada perusahaan-perusahaan besar AS yang sangat bergantung pada ekspor ke China, seperti Intel, Qualcomm, dan Apple.
Dampak Ekonomi Global
Perang dagang ini tidak hanya mempengaruhi ekonomi AS dan China, tetapi juga dapat merembet ke seluruh dunia. Pasar global yang bergantung pada stabilitas perdagangan internasional kini semakin cemas dengan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh ketegangan antara dua negara ekonomi terbesar ini.
Sebagai contoh, petani AS yang sebelumnya mengandalkan pasar China untuk kedelai dan jagung mereka kini harus mencari pasar alternatif, yang tidak selalu menguntungkan. Selain itu, harga minyak dunia dapat berfluktuasi tajam akibat pembatasan ekspor energi AS ke China, yang berdampak pada ekonomi global.
Perusahaan-perusahaan teknologi juga dihadapkan pada tantangan besar dalam menghadapi pembatasan perdagangan dan tarif tinggi. Akibatnya, biaya produksi dapat meningkat, dan harga barang konsumen di seluruh dunia dapat mengalami lonjakan, terutama dalam sektor teknologi.