Pengguna RI Lebih Banyak, Kenapa TikTok Pilih Thailand untuk Data Center?
TikTok Pilih Thailand untuk Data Center, sebuah keputusan yang menimbulkan tanya di benak banyak pihak, terutama jika melihat Indonesia dengan jumlah pengguna TikTok yang fantastis sebagai pasar yang sangat menjanjikan.
Investasi besar-besaran TikTok di Thailand, negara tetangga, mengundang pertanyaan besar. Mengapa Thailand menjadi pilihan padahal Indonesia memiliki basis pengguna yang jauh lebih besar? Berikut ini kami akan mengupas tuntas alasan di balik keputusan strategis ini, menyoroti berbagai faktor yang memengaruhi pilihan lokasi pusat data TikTok di Asia Tenggara.
Dominasi Pengguna TikTok di Indonesia
Indonesia telah menjadi negara dengan jumlah pengguna TikTok terbanyak di dunia. Data dari Statista pada Juli 2024 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 157,6 juta pengguna, melampaui Amerika Serikat dengan 120,5 juta pengguna. Bahkan, data terbaru pada Februari 2025, Indonesia masih menjadi negara kedua dengan jumlah pengguna TikTok terbanyak, mencapai 107,7 juta pengguna, setelah Amerika Serikat dengan 135,79 juta pengguna.
Popularitas TikTok di Indonesia didorong oleh beberapa faktor, termasuk demografi penduduk yang didominasi oleh Generasi Z yang melek teknologi. Selain itu, kemampuan TikTok untuk menampilkan keberagaman budaya Indonesia, memungkinkan video menjadi viral tanpa memerlukan banyak pengikut, dan integrasi e-commerce melalui TikTok Shop juga menjadi daya tarik tersendiri.
Investasi Besar TikTok di Thailand
Meskipun memiliki basis pengguna yang besar di Indonesia. TikTok justru mengumumkan investasi sebesar $8,8 miliar untuk pusat data di Thailand selama lima tahun ke depan. Investasi ini dilakukan oleh TikTok Pte. Ltd, unit yang berbasis di Singapura dari perusahaan induk ByteDance.
Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - mau nonton gratis timnas bebas iklan dan gratis? Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL
![]()
Langkah ini merupakan bagian dari strategi TikTok untuk memperkuat infrastruktur teknologinya di Asia Tenggara dan menjadikan Thailand sebagai hub teknologi regional. Pusat data ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penyimpanan data, mematuhi peraturan perlindungan data regional. Dan mengatasi kekhawatiran tentang privasi dan kedaulatan data.
Alasan Strategis Pemilihan Thailand
Keputusan TikTok untuk berinvestasi di Thailand didasarkan pada sejumlah pertimbangan strategis yang membuat negara tersebut menjadi lokasi yang menarik untuk pusat data. Beberapa alasan utama meliputi:
- Ekonomi Digital yang Berkembang dan Kemampuan AI: Thailand secara aktif memposisikan diri sebagai pusat teknologi regional, dengan fokus pada peningkatan infrastruktur digital dan AI. Hal ini sejalan dengan tujuan TikTok untuk memperluas kemampuan AI-nya baik secara domestik maupun internasional.
- Lokasi Strategis: Lokasi sentral Thailand di Asia Tenggara memungkinkan TikTok untuk melayani penggunanya di wilayah tersebut dengan lebih baik, mengurangi latensi dan meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan. Ini sangat penting bagi platform seperti TikTok yang mengandalkan berbagi video secara real-time.
- Kebijakan Pemerintah yang Mendukung: Badan Investasi Thailand (BOI) telah menyetujui proyek infrastruktur digital TikTok di Thailand, menawarkan insentif dan dukungan untuk investasi perusahaan. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah Thailand untuk menarik investasi langsung asing di sektor teknologi.
- Kepatuhan Regulasi: Dengan membangun pusat data di Thailand, TikTok dapat lebih baik mematuhi undang-undang dan peraturan perlindungan data yang berkembang di wilayah Asia-Pasifik. Ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan pengguna dan menghindari potensi masalah hukum.
- Ketersediaan Bakat: Sektor teknologi Thailand yang berkembang menawarkan tenaga kerja profesional terampil yang dapat berkontribusi pada upaya ekspansi global TikTok. Hal ini dapat membantu perusahaan menarik dan mempertahankan talenta terbaik di wilayah tersebut.
Insentif Ekonomi dan Regulasi di Thailand
Pemerintah Thailand menawarkan berbagai insentif ekonomi untuk menarik perusahaan teknologi membangun pusat data di negara tersebut. Insentif ini termasuk pembebasan pajak penghasilan perusahaan selama delapan tahun untuk layanan hosting data yang memenuhi syarat, serta insentif pajak dan non-pajak lainnya.
Selain itu, Thailand memiliki peraturan yang jelas dan mendukung investasi asing di sektor teknologi. BOI menawarkan berbagai insentif seperti kepemilikan asing 100%, keringanan pajak, hak kepemilikan tanah, dan pembebasan bea masuk untuk mendorong investasi di pusat data.
Baca Juga:
Infrastruktur dan Stabilitas Politik di Thailand
Thailand menawarkan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pusat data, termasuk pasokan listrik yang stabil dan jaringan telekomunikasi yang berkembang. Macquarie Equity Research menyebutkan bahwa Thailand memiliki pasokan listrik yang cukup dan stabilitas jaringan yang tinggi sebagai nilai jual utama.
Selain itu, Thailand juga dianggap sebagai negara yang stabil secara politik dibandingkan dengan beberapa negara lain di kawasan ini. Meskipun ada tantangan terkait dengan polarisasi politik, Thailand memiliki tradisi pemerintahan yang relatif stabil dan lingkungan bisnis yang kondusif.
Tantangan di Indonesia
Meskipun Indonesia memiliki potensi besar sebagai pasar pusat data. Ada beberapa tantangan yang mungkin mempengaruhi keputusan TikTok untuk tidak membangun pusat data di sana. Salah satu tantangan utama adalah regulasi data dan privasi yang kompleks. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) pada tahun 2022.
Undang-undang ini mewajibkan perusahaan untuk memproses data pribadi warga negara Indonesia di dalam negeri kecuali jika teknologi penyimpanan data belum tersedia di Indonesia. Meskipun UU PDP bertujuan untuk melindungi data pribadi, beberapa perusahaan mungkin melihatnya sebagai hambatan karena kompleksitas dan biaya kepatuhan.
Selain itu, Indonesia juga menghadapi tantangan terkait dengan infrastruktur. Termasuk ketersediaan listrik yang andal dan konektivitas internet yang merata di seluruh kepulauan.
Perbandingan dengan Investasi di Negara Lain
Keputusan TikTok untuk berinvestasi di Thailand sejalan dengan tren investasi dari perusahaan teknologi besar lainnya di kawasan ini. Google mengumumkan investasi $1 miliar di Thailand untuk membangun pusat data dan wilayah cloud pada September 2024.
Amazon Web Services (AWS) juga berencana meluncurkan wilayah cloud di Thailand pada awal 2025 dan menginvestasikan $5 miliar pada tahun 2037. Microsoft juga mengumumkan akan membuka pusat data regional pertamanya di Thailand. Investasi ini menunjukkan bahwa Thailand menjadi semakin populer sebagai tujuan investasi pusat data di Asia Tenggara.
Kesimpulan
Meskipun TikTok pilih Thailand untuk data center dan tidak membangun pusat data di Indonesia. TikTok tetap berkomitmen untuk pasar Indonesia dengan cara lain. Pada Desember 2023, TikTok mengumumkan kemitraan dengan Tokopedia, platform e-commerce lokal, untuk menghadirkan kembali TikTok Shop ke Indonesia.
Kemitraan ini memungkinkan TikTok untuk terus menawarkan layanan e-commerce kepada penggunanya di Indonesia sambil mematuhi peraturan setempat. Selain itu, TikTok terus berinvestasi dalam konten lokal dan kreator Indonesia, menunjukkan komitmennya terhadap pasar Indonesia. Dengan berinvestasi di Thailand, TikTok dapat meningkatkan infrastruktur regionalnya.
Yang pada gilirannya akan menguntungkan pengguna di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pusat data di Thailand akan mengurangi latensi, meningkatkan keamanan, dan mendukung pertumbuhan jaringan pedagang online TikTok. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang semua informasi viral terupdate lainnya hanya di VIEWNEWZ.