Jenderal Tertinggi AS Akui Bom GBU-57 Tak Digunakan di Isfahan, Ini Alasannya!

Jenderal tertinggi militer AS mengonfirmasi bahwa bom GBU-57 “Bunker Buster” tidak digunakan di situs nuklir Isfahan, Iran, karena dianggap tidak efektif mengingat lokasi target yang sangat dalam di bawah tanah.

Jenderal Tertinggi AS Akui Bom GBU-57 Tak Digunakan di Isfahan, Ini Alasannya!

Sebagai gantinya, situs Isfahan diserang oleh rudal jelajah Tomahawk yang diluncurkan dari kapal selam AS. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran VIEWNEWZ.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Alasan di Balik Keputusan Jenderal Tertinggi AS

Jenderal Dan Caine, Ketua Kepala Staf Gabungan AS. Secara terbuka mengakui bahwa pasukannya tidak menggunakan bom GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP) di situs nuklir Isfahan, Iran, pada akhir pekan lalu.

Alasan utama di balik keputusan ini adalah karena bom tersebut dinilai tidak akan efektif untuk menghancurkan target yang berada sangat dalam di bawah tanah. Pengakuan ini disampaikan kepada Parlemen dalam sebuah pengarahan pada Kamis, 26 Juni 2025, yang kemudian dilaporkan oleh CNN pada Minggu, 29 Juni 2025.

Para pejabat AS meyakini bahwa struktur bawah tanah di Isfahan menampung hampir 60% dari persediaan uranium yang diperkaya Iran, yang akan diperlukan untuk memproduksi senjata nuklir. Meskipun bom GBU-57 dijatuhkan di situs nuklir Fordow dan Natanz oleh pesawat pengebom B-2 AS. Situs Isfahan hanya menjadi sasaran rudal Tomahawk yang diluncurkan dari kapal selam AS.

Senator Partai Demokrat Chris Murphy juga menyampaikan setelah pengarahan bahwa beberapa kemampuan Iran sangat tersembunyi di bawah tanah sehingga sulit dijangkau. Badan Intelijen Pertahanan (DIA) menilai serangan tersebut tidak menghancurkan komponen inti program nuklir Iran dan hanya menunda program selama beberapa bulan.

Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS! Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL

apk shotsgoal  

Kemampuan Teknis Bom GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP)

GBU-57 menggunakan bom BLU-127 sebagai komponen bahan peledak, yang dirancang modular untuk peningkatan di masa depan. Satu varian bom BLU-127 mengandung 2.082 kg AFX-757 dan 341 kg PBXN-114. Dengan total muatan eksplosif 2.423 kg. Casing bom ini terbuat dari paduan baja Eglin berkepadatan tinggi, yang dirancang untuk bertahan dari tekanan ekstrem saat penetrasi dalam sebelum meledak.

Bom ini dipandu oleh sistem GPS/INS terintegrasi, memungkinkannya mengenai target dalam jarak beberapa meter. Waktu peledakan diatur oleh Large Penetrator Smart Fuse (LPSF), yang menyesuaikan momen ledakan berdasarkan kedalaman dampak dan karakteristik struktur bawah tanah. Bom ini distabilkan di udara oleh sirip kisi, yang membantu menjaga lintasan dan memungkinkan penyesuaian di tengah jalan.

GBU-57 hanya dapat dibawa oleh pesawat pengebom strategis B-2 Spirit, yang dapat membawa hingga dua unit bom ini. Penerapan tempur pertama MOP terjadi pada 22 Juni 2025, ketika tujuh pesawat pengebom siluman B-2 Spirit menjatuhkan total 14 bom GBU-57 di Pabrik Pengayaan Uranium Fordow dan Fasilitas Nuklir Natanz milik Iran. Dilaporkan bom ini mampu menembus hingga 18 meter beton bertulang atau 61 meter tanah sebelum meledak.

Baca Juga: Yunani Alami Kebakaran Hutan 4.000 Hektar, Penyebabnya Puntung Rokok!

Konteks Geopolitik dan Militer

Konteks Geopolitik dan Militer

Konflik bersenjata antara Iran dan Israel, yang dimulai pada 13 Juni 2025, melibatkan serangkaian serangan udara dan operasi intelijen yang intens. Israel melancarkan “Operasi Rising Lion” untuk menargetkan fasilitas nuklir dan militer Iran, termasuk di Natanz, Isfahan, dan Fordow. Dengan tujuan menghentikan program nuklir Iran.

Amerika Serikat bergabung dalam konflik ini pada 21 Juni 2025. Dengan Presiden Trump memerintahkan serangan udara langsung terhadap tiga situs nuklir utama Iran Fordow, Natanz, dan Isfahan, menggunakan bom “bunker-buster” dan rudal Tomahawk. Operasi ini, yang diberi sandi “Operation Midnight Hammer”, menandai aksi ofensif pertama AS dalam perang Iran-Israel.

Serangan ini menimbulkan perdebatan signifikan mengenai apakah GBU-57 MOP dapat secara andal menghancurkan situs-situs nuklir Iran yang terkubur sangat dalam.

Fasilitas Fordow dan aula baru yang sedang dibangun di Natanz diperkirakan berada lebih dari 80 meter di bawah tanah. Sementara pabrik pengayaan Natanz yang asli berada sekitar 20 meter di bawah permukaan. Kekhawatiran muncul karena beton yang dihasilkan Iran dapat melebihi 30.000 psi. Tingkat yang secara tajam dapat mengurangi kedalaman penetrasi bom.

Reaksi Internasional dan Domestik AS

Serangan AS ke situs nuklir Iran memicu reaksi beragam dari berbagai negara. Inggris, Prancis, dan Jerman mendesak Iran untuk menghindari tindakan apa pun yang dapat “mendestabilisasi” Timur Tengah lebih lanjut, sambil menegaskan bahwa Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir dan mereka mendukung keamanan Israel.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyebut serangan udara AS sebagai eskalasi yang berbahaya. Sementara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mendesak semua pihak untuk kembali ke meja perundingan.

Arab Saudi menyuarakan “kekhawatiran besar”, dan Oman mengutuk serangan tersebut sambil menyerukan de-eskalasi. Perdana Menteri India, Narendra Modi, menyerukan “dialog dan diplomasi sebagai jalan ke depan” setelah berbicara dengan Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Politikus Rusia, Dmitry Medvedev, menyatakan bahwa Trump telah memulai perang baru bagi AS dan tidak akan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian dengan keberhasilan seperti itu.

Di Amerika Serikat, reaksi politik juga terpecah. Sebagian besar anggota Partai Republik. Seperti Senator Ted Cruz dan Mitch McConnell, mendukung langkah Trump. Namun, beberapa anggota Republikan, termasuk Marjorie Taylor Greene dan Thomas Massie, tidak setuju. Dengan Massie menyebut serangan itu “tidak konstitusional” karena melangkahi kewenangan Kongres dalam menyatakan perang.

Pasal I Konstitusi AS memberikan wewenang menyatakan perang kepada Kongres. Sementara Pasal II menyatakan presiden sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata. Tokoh Demokrat seperti Hakeem Jeffries menuduh Trump menyeret AS ke dalam perang yang berpotensi membawa bencana di Timur Tengah.

Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang semua informasi viral terupdate lainnya hanya di VIEWNEWZ.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama dari www.cnbcindonesia.com
  • Gambar Kedua dari nasional.kompas.com

Similar Posts