Trump Kirim Tim Baru AS ke Timur Tengah, Fokus Negosiasi Gaza
Donald Trump, mengumumkan bahwa “tim baru” AS telah diberangkatkan menuju Timur Tengah untuk memperkuat upaya diplomatik menengahi konflik Gaza.

Pernyataan itu disampaikan saat Trump berbicara dari Gedung Oval, menyatakan bahwa tim ini akan membahas secara serius kemungkinan kesepakatan damai di Gaza. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran VIEWNEWZ.
Rangka Kerja Perdamaian Trump
Rencana perdamaian yang digerakkan AS saat ini berpusat pada 20 poin yang diusulkan Trump sebagai kerangka penyelesaian konflik Gaza.
Inti rencana tersebut mencakup gencatan senjata segera, pertukaran sandera, pelucutan senjata Hamas, penarikan pasukan Israel. Serta pembentukan badan transisi internasional untuk mengelola administrasi Gaza pasca perang.
Trump juga menawarkan peran langsungnya dalam menjaga implementasi kesepakatan melalui “dewan perdamaian” yang turut diisi figur seperti Tony Blair.
Meskipun rencana ini mendapat dukungan dari beberapa negara Arab dan Eropa. Titik tarik paling tajam adalah pelucutan senjata Hamas dan status masa depan pemerintahan Gaza dua isu yang sangat sensitif dan penuh resistensi.
Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - Link Aplikasi Nonton Timnas Indonesia GRATIS! Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL
![]()
Drama Daftar Sandera dan Tahanan
Di tahap kritis negosiasi, Hamas menyerahkan daftar sandera Israel dan tahanan Palestina yang mereka ajukan untuk pertukaran.
Pengiriman daftar ini menjadi sinyal bahwa pembicaraan mulai bergerak secara konkret, bukan hanya retorika semata. AS dan Israel turut mengirim pejabat senior ke meja perundingan ketika Hamas memberikan daftar tersebut.
Namun, pertukaran sandera ini bukan sekadar tukar-menukar angka. Banyak tokoh Palestina terkemuka, seperti Marwan al-Barghouti (pemimpin Fatah) dan Ahmed Saadat (kepala Front Pembebasan Palestina), dikabarkan termasuk dalam daftar tawar-menawar tersebut.
Hamas juga menolak membahas menit-menit pelucutan senjata selagi Israel masih menahan pasukan di wilayah Gaza.
Baca Juga: Prabowo Resmi Lantik 11 Dubes Dan Wadubes RI, Siap Perkuat Diplomasi Indonesia Di Dunia
Penundaan dan Tekanan Ultimatum

Sebelumnya, Trump telah memberikan ultimatum kepada Hamas agar menerima rencana 20 poinnya hingga waktu tertentu. Atau menghadapi konsekuensi yang “telah ditentukan.”
Taktik tekanan publik semacam ini dimaksudkan untuk mempercepat keputusan Hamas. Pejabat AS juga menyatakan bahwa Witkoff dan Kushner tidak akan kembali ke AS tanpa tercapainya kesepakatan yang mencakup pelepasan sandera dan pengakhiran konflik Gaza.
Tetapi hambatan pun tetap besar: Hamas enggan melepas senjatanya atau melepaskan kendali sepenuhnya atas Gaza, dan Israel bersikukuh agar keamanan negara dan keberlanjutan kontrolnya dijamin.
Tantangan Nyata di Tengah Harapan
Meskipun optimisme tumbuh, keadaan di lapangan tetap penuh gejolak. Serangan dan korban jiwa di Gaza masih terjadi meskipun intensitasnya dilaporkan menurun.
Pihak Gaza menunjukkan bahwa kondisi kemanusiaan makin kritis: kekurangan bahan pangan, fasilitas medis yang runtuh, dan jutaan penduduk yang terkena dampak langsung konflik.
Sementara itu, politik dalam Israel juga tidak stabil. Koalisi yang rapuh dan oposisi yang menginginkan perang terus berlanjut dapat memunculkan tekanan politik terhadap setiap kesepakatan yang dianggap “menguntungkan Hamas.”
Di sisi Palestina, sebagian kelompok bersikap kritis terhadap kemauan Hamas melepaskan kendali atau menyerahkan peranan pemerintahan Gaza kepada pihak luar.
Satu pertanyaan besar yang masih belum terjawab: siapa yang akan mengelola Gaza jika Hamas “dikeluarkan” dari posisi pemerintahan lokal? Rencana Trump menyebut badan transisi yang melibatkan negara-negara Arab dan internasional, tapi resistensi atas gagasan campur tangan asing cukup tajam.
Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang semua informasi viral terupdate lainnya hanya di VIEWNEWZ.
- Gambar Pertama dari internasional.kompas.com
- Gambar Kedua dari www.dw.com

