Trump Pilih Diplomasi, Tolak Perubahan Rezim Iran Demi Keamanan Regional

Pernyataan mengejutkan datang dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang kini menyatakan dirinya tidak lagi mendukung perubahan rezim di Iran.

Trump Pilih Diplomasi, Tolak Perubahan Rezim Iran Demi Keamanan Regional

Padahal, selama masa kepresidenannya, Trump dikenal vokal menentang kepemimpinan Iran dan bahkan pernah mengancam akan membunuh pemimpin tertinggi negara itu. Sikap barunya ini memicu perhatian global, terlebih karena bertolak belakang dengan retorikanya selama bertahun-tahun.

Lantas, apa yang membuat Trump mengubah sikapnya? Apakah ini murni langkah politik atau bagian dari strategi diplomasi baru? Di bawah ini, VIEWNEWZ akan membahas perubahan mengejutkan sikap Donald Trump terhadap Iran dan dampaknya bagi geopolitik dunia.

tebak skor hadiah pulsabanner-free-jersey-timnas

Perubahan Sikap Trump

Donald Trump memang dikenal sebagai sosok yang kerap membuat pernyataan kontroversial, terutama dalam kebijakan luar negeri. Selama menjabat sebagai Presiden AS, Trump pernah menyebut Iran sebagai “negara teroris utama dunia” dan mendorong sanksi berat terhadap negara tersebut setelah menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 (JCPOA).

Namun, dalam pernyataan terbarunya kepada wartawan di atas pesawat kepresidenan Air Force One, Trump mengejutkan publik dengan mengatakan bahwa dirinya tidak menginginkan perubahan rezim di Iran, karena langkah tersebut hanya akan membawa kekacauan. Baginya, stabilitas kawasan lebih penting daripada memaksakan pergantian pemerintahan di negara tersebut.

Ayo Kawal Timnas Menuju Piala Dunia - Link Aplikasi Nonton Indonesia vs China dan Jepang vs Indonesia GRATIS! Segera download! APLIKASI SHOTSGOAL

apk shotsgoal  

Pertentangan Antara Ucapan & Unggahan Media Sosial

Menariknya, pernyataan Trump ini bertentangan langsung dengan unggahan yang dia buat beberapa hari sebelumnya di platform Truth Social. Dalam unggahan itu, Trump menyatakan: “Tidaklah tepat secara politis untuk menggunakan istilah, ‘Perubahan Rezim,’ tetapi jika Rezim Iran saat ini tidak mampu MEMBUAT IRAN HEBAT LAGI, mengapa tidak ada perubahan Rezim??? MIGA!!!”

MIGA merupakan plesetan dari slogan kampanyenya, “Make America Great Again” (MAGA), yang kini digunakan untuk “Make Iran Great Again.” Unggahan ini mengundang tafsir luas bahwa meskipun Trump secara resmi menolak perubahan rezim, ia tetap memberi sinyal dukungan terselubung terhadap perubahan kepemimpinan jika rezim saat ini dianggap gagal.

Baca Juga:

Dimensi Gencatan Senjata Iran-Israel

Trump Pilih Diplomasi, Tolak Perubahan Rezim Iran Demi Keamanan Regional

Sikap Trump terhadap Iran juga dipengaruhi oleh dinamika konflik terbaru antara Iran dan Israel. Trump menyatakan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Iran tetap berlaku, meski menurutnya kedua pihak telah melanggar kesepakatan tersebut. Ia bahkan mengkritik keras Israel karena menjatuhkan bom setelah gencatan senjata diumumkan.

Laporan menyebutkan bahwa Trump menelepon langsung Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk meminta agar serangan lebih lanjut dihentikan. Kantor Netanyahu mengonfirmasi bahwa Israel memang melakukan satu serangan tambahan di dekat Teheran setelah menerima seruan dari Trump, tetapi setelah itu menahan diri dari aksi militer lanjutan.

Langkah Trump ini menunjukkan pergeseran penting: dari sosok yang dulunya mendorong konfrontasi terbuka terhadap Iran. Kini ia lebih condong ke pendekatan de-eskalasi dan stabilitas regional.

Peran Qatar dan Diplomasi Baru di Timur Tengah

Gencatan senjata Iran-Israel tersebut sebagian besar dimediasi oleh Qatar. Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, mengonfirmasi bahwa Doha memainkan peran penting dalam perundingan damai dan berharap “diplomasi akan menang atas konflik bersenjata.”

Qatar selama ini dikenal sebagai mediator efektif dalam konflik Timur Tengah. Keterlibatannya memperlihatkan bahwa solusi damai mulai diupayakan secara lebih serius oleh pihak-pihak yang selama ini mengambil pendekatan konfrontatif.

Dan dalam konteks ini, Trump tampaknya ikut mendukung jalur diplomasi, mungkin sebagai bagian dari upaya membangun kembali citra internasional menjelang pemilu 2024.

Strategi Politik Atau Perubahan Pandangan?

Pergeseran sikap Trump memicu spekulasi: apakah ini murni langkah politik menjelang pencalonan kembali dalam pemilu, atau memang ada perubahan pandangan nyata terhadap Iran?

Beberapa analis menyebutkan bahwa Trump sedang berusaha menarik pemilih moderat dan independen, yang cenderung mendukung pendekatan diplomasi daripada konfrontasi militer. Di sisi lain, pengamat kebijakan luar negeri menilai bahwa Trump kini lebih realistis melihat situasi di Timur Tengah, terutama setelah melihat dampak jangka panjang dari intervensi AS di negara seperti Irak dan Afghanistan.

Ada pula kemungkinan bahwa Trump ingin menciptakan kontras antara dirinya dan pemerintahan Joe Biden. Hingga kini, pemerintahan Biden dinilai belum menunjukkan keberhasilan signifikan dalam meredakan ketegangan di kawasan.

Kesimpulan

Pernyataan terbaru Donald Trump tentang tidak lagi menginginkan perubahan rezim di Iran menandai pergeseran besar dalam retorika dan strategi politiknya. Meskipun masih menyisipkan pesan ambigu di media sosial, pendekatan barunya lebih menekankan pada stabilitas dan diplomasi.

Faktor geopolitik, tekanan pemilu, dan dinamika baru di Timur Tengah kemungkinan besar menjadi pendorong utama perubahan sikap ini. Apakah ini pertanda Trump akan lebih “jinak” dalam kebijakan luar negerinya ke depan, ataukah sekadar strategi kampanye, waktu yang akan menjawabnya. Namun satu hal jelas, Trump kembali menjadi pusat perhatian dunia.

Simak dan ikuti terus VIEWNEWZ agar Anda tidak ketinggalan berita informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari international.sindonews.com
  2. Gambar Kedua dari sinpo.id

Similar Posts