Iran Peringati 5 Tahun Kematian Jenderal Qassem Soleimani
Tanggal 3 Januari 2025, Iran memperingati lima tahun kematian Jenderal Qassem Soleimani, pahlawan dan komandan Pasukan Quds IRGC.
Kehidupannya yang penuh warna, layanan militernya, serta dampak dari kematiannya, menjadi fokus refleksi nasional di negara itu. VIEWNEWZ akan menelusuri berbagai aspek penting terkait peringatan ini, termasuk latar belakang Soleimani, reaksi masyarakat Iran, serta dampak yang dia tinggalkan di dalam dan luar negeri.
Mengenal Siapa Itu Qassem Soleimani
Qassem Soleimani lahir pada 11 Maret 1957, di Kerman, Iran, dalam sebuah keluarga yang sederhana. Setelah Revolusi Iran tahun 1979, ia bergabung dengan IRGC, sebuah kekuatan militer yang di bentuk untuk melindungi revolusi dan sesama pemimpin agama. Soleimani dengan cepat naik melalui jajaran militer, mendapatkan pengakuan saat bertugas di front selama perang Iran-Irak (1980-1988).
Di medan perang, ia di kenal sebagai pemimpin yang cakap dan berani, menjalin relasi dengan berbagai kelompok bersenjata di Timur Tengah. Puncaknya, ia di angkat sebagai komandan Pasukan Quds pada akhir tahun 1990-an. Sebagai pemimpin dari unit ini, Soleimani memiliki peran penting dalam memperluas pengaruh Iran di wilayah tersebut.
Ia di kenal sebagai tokoh yang memperkuat hubungan dengan kelompok-kelompok seperti Hezbollah di Lebanon dan berbagai milisi di Irak, yang ingin menentang dominasi Barat dan sekutunya di Timur Tengah. Selama kariernya, ia turut berkontribusi dalam berbagai konflik, termasuk intervensi di Suriah untuk mendukung pemerintah Bashar al-Assad.
Peringatan Lima Tahun yang Menyedihkan
Pada 3 Januari 2025, berbagai acara peringatan di adakan di seluruh Iran, dengan fokus utama di Teheran dan Kerman, kota asal Soleimani. Pada acara ini, banyak warga mengangkat spanduk dan gambar Soleimani, berteriak di tengah kerumunan dengan pesan-pesan anti-Amerika dan pro-resistensi.
Presiden Masoud Pezeshkian mengungkapkan, “Kami akan melanjutkan warisan pahlawan kami dengan kekuatan dan keberanian”. Ribuan orang menghadiri acara-acara tersebut, menunjukkan rasa kehilangan yang mendalam dan penegasan kembali komitmen terhadap “poros perlawanan”.
Soleimani di anggap sebagai simbol perlawanan terhadap imperialisme dan intervensi asing. Peringatan ini menjadi momen penting untuk menegaskan kembali solidaritas masyarakat Iran. Dalam banyak acara, seruan untuk melanjutkan perjuangan melawan musuh menciptakan suasana patriotik yang kuat.
Respon Rakyat dan Psikologi Sosial
Sebagian besar respon masyarakat terhadap peringatan ini mencerminkan nasionalisme dan kebanggaan yang besar terhadap jenderal mereka. Banyak yang melihat tindakan Amerika Serikat dalam membunuh Soleimani sebagai penghinaan dan pelanggaran kedaulatan, mendorong rakyat untuk kembali bersatu. Charisma Soleimani selama hidupnya membuatnya menjadi tokoh idola, dan kematiannya di hadirkan oleh pemerintah sebagai contoh pengorbanan untuk rakyat dan tanah air.
Acara-acara peringatan ini juga menggugah kerinduan akan keadilan, dengan banyak orator yang menyerukan balas dendam kepada kekuatan asing yang di anggap telah mengganggu stabilitas dan kedaulatan negara. Penggambaran Soleimani sebagai pahlawan, yang merupakan simbol perlawanan terhadap penindasan dan imperialisme, semakin di pupuk dalam jiwa masyarakat Iran melalui media dan propaganda.
Bagi banyak orang, kematian Soleimani bukan hanya kehilangan seorang pemimpin militer. Tetapi juga hilangnya harapan untuk kekuatan dan pengaruh Iran di kawasan. Respon emosional ini memperkuat rasa identitas nasional dan solidaritas di antara warga Iran. Terutama di tengah ketegangan yang terus berlangsung dengan AS dan sekutunya.
Baca Juga: Emak-Emak Nyanyi Lagu Tembak-Tembak Dor Dor Dor, Hingga Disukai Jokowi!
Pengaruh Kematiannya Terhadap Kebijakan Regional Iran
Kematian Soleimani memberikan dampak langsung terhadap kebijakan luar negeri Iran, terutama dalam konteks “poros perlawanan”. Setelah kematiannya, banyak analis mengobservasi bahwa pengaruh Iran di Irak dan Suriah menderita penurunan yang signifikan. Kepergian Soleimani meninggalkan kekosongan kepemimpinan di antara kelompok-kelompok yang ia dukung dan membangun.
Selama lima tahun terakhir, Iran berusaha untuk mempertahankan dan memperkuat posisi strategisnya di kawasan, meskipun menghadapi banyak tantangan. Usaha tersebut seringkali mendapatkan pendorong dari posisi kuat dan popularitas Soleimani, yang di anggap sebagai arsitek utama dari ekspansi pengaruh Iran.
Kini, dengan perkembangan terbaru di Suriah, termasuk penurunan kekuasaan Presiden Assad dan serangan terhadap milisi yang berafiliasi dengan Iran, tantangan bagi rezim Teheran semakin berat. Iran kini lebih aktif dalam menciptakan dan mendukung aliansi baru di daerah, baik di Irak maupun di Suriah. Mengingat banyak faksi yang berjuang untuk mempertahankan posisi mereka.
Reaksi Internasional dan Dampaknya
Reaksi internasional terhadap pembunuhan Soleimani beragam. Sementara beberapa negara, termasuk sekutu AS, mendukung tindakan tersebut, banyak negara lainnya mengecam serangan itu sebagai langkah yang akan menambah ketegangan di timur tengah. Iran, di sisi lain, menggunakan kemarahan global atas pembunuhan Soleimani sebagai alat untuk memperkuat posisi tawarnya di kancah internasional.
Pemerintah Iran merespons dengan meningkatkan persenjataan dan dukungan terhadap milisi-milisi yang ada di Irak dan Suriah, serta melanjutkan program nuklirnya. Hal ini menyebabkan kekhawatiran di antara negara-negara barat mengenai ambisi Iran dalam mencapai kekuatan nuklir, terutama setelah Presiden Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir pada 2018.
Kematian Soleimani dan reaksi selanjutnya menciptakan ketidakstabilan yang lebih besar di kawasan, dengan peningkatan serangan terhadap pasukan AS dan aliansinya. Ini menunjukkan betapa besar pengaruh yang di miliki oleh Soleimani dalam membangun dan menjaga poros perlawanan. Bagaimana kekosongan kepemimpinannya dapat di manfaatkan oleh faksi-faksi lain untuk memperkuat posisi mereka.
Dampak Sosial dalam Negosiasi Internasional
Dampak sosial dari kematian Soleimani juga terlihat dalam dinamika domestik di Iran. Dukungan terhadap pemerintah meningkat setelah kematian Soleimani, yang mendorong rakyat Iran untuk bersatu melawan apa yang mereka anggap sebagai musuh bersama. Acara peringatan ini menciptakan ruang bagi pemerintah untuk membangun kembali narasi nasionalisme dan soliditas di sedang ketidakstabilan ekonomi dan politik yang berlangsung di dalam negeri.
Namun, dampak ini tidak sepenuhnya positif. Ketidakpuasan yang mendalam terhadap kebijakan pemerintah mungkin kembali muncul. Terutama dalam konteks anggaran yang dialokasikan untuk perang dan dukungan milisi, sementara ekonomi dalam negeri terus merana.
Masyarakat Iran semakin terbelah antara mereka yang mendukung kebijakan luar negeri agresif dan yang mendesak perubahan dalam kebijakan dalam negeri yang lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat. Perspektif masa depan mengenai kebijakan luar negeri Iran akan sangat bergantung pada bagaimana pemerintah menghadapi tantangan ekonomi dan ketidakpuasan populer.
Menariknya, dengan meningkatnya tantangan untuk mengisi kekosongan kepemimpinan di milisi yang dahulu didukung Soleimani. Terdapat spekulasi tentang kemungkinan pemimpin baru yang dapat mengisi kekosongan dan mereformasi kebijakan luar negeri Iran.
Kesimpulan
Peringatan lima tahun kematian Jenderal Qassem Soleimani mencerminkan perjalanan kompleks Iran setelah kehilangan salah satu pemimpin tertingginya. Masyarakat dan pemerintah Iran, meskipun menghadapi tantangan pelik, berusaha mempertahankan pengaruh dan kekuatannya di dunia. Ini menjadi pembelajaran bahwa sosok Soleimani bukan sekadar angka dalam sejarah. Melainkan simbol pengorbanan dan perjuangan yang diperjuangkan oleh bangsa Iran.
Bagi Iran, melanjutkan warisan Soleimani dan mendefinisikan kembali strategi kebijakan luar negeri menjadi tantangan. Peringatan ini bukan hanya sekadar refleksi, tetapi juga penegasan akan persatuan nasional dalam menghadapi tantangan kedepan. Soleimani, dalam kematiannya, mengajarkan kepada bangsa Iran tentang solidaritas dan pentingnya untuk tidak mundur dalam menghadapi tekanan dari luar.
Pada akhirnya, bagaimana Iran merespons dalam dekade mendatang dan membangun kembali identitas dan kehadiran internasionalnya merupakan langkah yang harus diperhatikan. Dan perayaan ini akan dikenang sebagai penanda bagaimana perjalanan sejarah dapat menjadi instrumen untuk memperkuat semangat perjuangan dan identitas bangsa.
Dengan mencermati perjalanan dan warisan Soleimani, kita dapat melihat gambaran yang lebih luas tentang bagaimana strategi politik dan militer dapat saling terkait. Bagaimana satu sosok dapat meninggalkan dampak yang mendalam bagi sebuah bangsa.
Buat kalian yang ingin mengetahui berita terbaru dan terviral setiap hari, kalian bisa kunjungi VIEWNEWS, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik baik itu dalam negeri maupun luar negeri